Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa sekarang "bukan waktu untuk perang". Hal itu disampaikan Modi pada hari Jumat (16/9) waktu setempat di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di kota Samarkand, Uzbekistan.
Dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (17/9/2022), New Delhi dan Moskow telah menjalin hubungan lama sejak Perang Dingin, dan Rusia sejauh ini tetap menjadi pemasok senjata terbesar India.
Namun, dalam pertemuan tatap muka pertama mereka sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu, Modi mengatakan kepada Putin: "Yang Mulia, saya tahu saat ini bukan waktu untuk perang."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pemerintah India telah menghindar dari secara eksplisit mengutuk Rusia atas invasi ke Ukraina tersebut, yang membuat harga minyak dan komoditas lainnya melonjak.
Namun, dalam pertemuan di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), Modi menekankan pentingnya "demokrasi dan diplomasi serta dialog".
Menanggapi Modi, Putin berkata: "Saya tahu posisi Anda dalam konflik di Ukraina, kekhawatiran Anda... Kami akan melakukan yang terbaik untuk mengakhiri ini sesegera mungkin."
Namun, Putin menambahkan bahwa kepemimpinan Ukraina telah menolak negosiasi "dan menyatakan bahwa mereka ingin mencapai tujuannya dengan cara militer, di medan perang".
Pemerintah India sebelumnya telah mendesak penghentian perang di Ukraina, tetapi berulang kali menepis seruan dari Washington untuk mengutuk Rusia, meskipun India mengejar hubungan keamanan yang lebih besar dengan Amerika Serikat.
Simak juga 'Rusia dan China Makin Erat Jalin Poros Baru Dunia':
Putin mengunjungi New Delhi akhir tahun lalu, memeluk Modi dan memuji India sebagai "kekuatan besar" seiring kedua pemimpin itu memperkuat hubungan militer dan energi.
India adalah importir senjata terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Menurut Business Standard, antara 2016-2020, sebanyak 49,4 persen pembelian senjatanya berasal dari Rusia.
Raksasa Asia berpenduduk 1,4 miliar orang ini juga merupakan konsumen utama minyak Rusia, meningkatkan pembelian dengan potongan harga setelah embargo Barat.