Taliban Tuduh AS Rampas Aset Afghanistan yang Dibekukan

Taliban Tuduh AS Rampas Aset Afghanistan yang Dibekukan

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 16 Sep 2022 14:40 WIB
Setelah mengambil alih Afganistan, Taliban akan menetapkan tatanan politiknya dalam waktu dekat. Ada janji-janji yang terlontar dari mereka.
Ilustrasi (dok. AP Photo)
Kabul -

Taliban menuduh Amerika Serikat (AS) telah 'merampas' aset-aset Afghanistan yang dibekukan. Tuduhan itu dilontarkan Taliban setelah AS mengungkapkan rencana untuk membentuk dana eksternal untuk mengelola cadangan nasional Afghanistan senilai US$ 3,5 miliar (Rp 52,2 triliun) yang disita.

Seperti dilansir AFP, Jumat (16/9/2022), saat Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus tahun lalu, AS membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai US$ 7 miliar (Rp 104,5 triliun), memperburuk krisis kemiskinan yang dipicu oleh runtuhnya rezim pemerintahan yang lama dan penangguhan bantuan asing.

Awal tahun ini, Presiden AS Joe Biden mengungkapkan rencana untuk memecah aset itu, dengan separuhnya digunakan untuk bantuan kemanusiaan Afghanistan dan separuhnya lagi diberikan kepada korban serangan teror 11 September atau 9/11 yang memicu invasi pimpinan AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak saat itu, Taliban membujuk Washington DC untuk mencairkan aset itu karena Afghanistan dilanda krisis pangan musim dingin, perekonomiannya runtuh dan gempa bumi yang menghancurkan.

Namun pada Rabu (14/9) waktu setempat, AS mengumumkan dana sebesar US$ 3,5 miliar akan disimpan dalam sebuah run fund secara profesional, karena Washington DC tidak mempercayai Taliban untuk mengelola dana itu.

ADVERTISEMENT

"Aset rakyat Afghanistan telah dirampas oleh Amerika Serikat," tuding juru bicara pemerintahan Taliban, Zabihullah Mujahid, kepada AFP.

"Kami menganggapnya sebagai invasi terhadap properti rakyat Afghanistan. Amerika Serikat bukan pemilik aset-aset ini," tegasnya.

Mujahid menuntut agar aset Afghanistan itu dicairkan 'tanpa syarat apapun'.

Simak video 'Taliban Rayakan Satu Tahun Kepergian AS dari Afghanistan':

[Gambas:Video 20detik]



Dana Afghanistan atau Afghan Fund yang baru -- yang berbasis di Jenewa, Swiss -- tidak akan digunakan untuk bantuan kemanusiaan, tapi akan digunakan untuk memenuhi fungsi-fungsi inti bank sentral, seperti membayar tunggakan internasional Afghanistan dan untuk impor listrik.

Dana itu berpotensi akan digunakan untuk kebutuhan seperti mencetak uang.

Sejak mengakhiri intervensi militer selama 20 tahun, AS dan beberapa negara lainnya mencari cara untuk menyalurkan bantuan ke Afghanistan tanpa melalui Taliban.

"Saat ini tidak ada lembaga di Afghanistan yang bisa menjamin dana ini akan digunakan hanya untuk kepentingan rakyat Afghanistan," sebut Wakil Menteri Keuangan AS, Wally Adeyemo, dalam surat kepada Da Afghanistan Bank (DAB) pada Rabu (14/9) waktu setempat.

"Hingga hal itu terpenuhi, mengirimkan aset kepada DAB akan menempatkan aset-aset itu dalam risiko yang tidak bisa diterima dan membahayakan aset itu sebagai sumber dukungan bagi rakyat Afghanistan," imbuhnya.

DAB sendiri mengkritik rencana menyimpan dana cadangan Afghanistan di Swiss. Disebutkan DAB bahwa tidak akan bisa diterima untuk menggunakan aset itu bagi kepentingan lainnya, selain aktivitas ekonomi yang sah, seperti menstabilkan pasar uang dan memfasilitasi perdagangan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads