Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di dekat Kedutaan Rusia di ibu kota Afghanistan, Kabul pada Senin (5/9) waktu setempat. Serangan bom itu menewaskan dua staf kedutaan dan empat orang lainnya.
Ini merupakan serangan pertama yang menargetkan misi asing sejak Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus tahun lalu. Pelaku bom bunuh diri meledakkan bomnya di dekat pintu masuk bagian konsuler kedutaan.
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (6/9/2022), kelompok ISIS menyatakan dalam sebuah pernyataan melalui saluran Telegram, bahwa seorang petempur ISIS "meledakkan rompi bunuh dirinya dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh pegawai-pegawai Rusia di dekat kedutaan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, berbicara kepada wartawan di Moskow, mengecam serangan itu sebagai "sama sekali tidak dapat diterima."
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan langkah-langkah segera diambil untuk meningkatkan keamanan di Kedutaan Rusia, yang terletak di salah satu jalan utama Kabul dan menuju gedung parlemen.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengkonfirmasi kematian dua staf kedutaan Rusia tersebut.
Kepolisian Kabul menyatakan, empat warga Afghanistan yang tengah menunggu layanan konsuler juga tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan bom itu.
Kekerasan di Afghanistan sebagian besar telah menurun sejak Taliban kembali berkuasa. Namun, sejumlah ledakan bom - beberapa menargetkan komunitas minoritas - telah mengguncang negara itu dalam beberapa bulan terakhir. Banyak dari serangan bom itu diklaim oleh kelompok ISIS.
Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taliban setelah kelompok itu mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021, menyusul penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan.
Meski begitu, Kremlin tidak mengakui pemerintah Taliban, dan kelompok itu diklasifikasikan sebagai organisasi teroris terlarang di Rusia. Negara-negara lain yang mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taliban termasuk China, Pakistan dan Turkmenistan.
Pada Juli tahun 2021 lalu, utusan Kremlin untuk Afghanistan, Zamir Kabulov, bertemu dengan pejabat senior Taliban di Moskow, Rusia. Kementerian Luar Negeri Rusia kemudian mengatakan bahwa Taliban telah menjamin keamanan kedutaan-kedutaan asing di Kabul, serta berjanji untuk tidak mengancam negara-negara Asia Tengah.