Kematian Abu Akleh, yang merupakan salah satu wajah paling dikenal dalam melaporkan konflik Israel-Palestina selama dua dekade, telah memicu kemarahan global, khususnya setelah polisi Israel memukuli para pelayat saat pemakaman Abu Akleh di Yerusalem.
Keterangan sejumlah saksi mata lainnya membantah klaim Israel yang menyebut saat itu tentaranya diserang dari arah Abu Akleh berdiri sebelum tewas tertembak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua bukti, fakta dan penyelidikan yang telah dilakukan membuktikan bahwa Israel adalah pelakunya dan bahwa Israel telah membunuh Shireen dan Israel harus bertanggung jawab atas kejahatannya," tegas Nabil Abu Rudeineh selaku juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Keluarga Abu Akleh menyatakan 'sangat terluka, frustrasi dan kecewa' dengan pernyataan Israel, yang disebut sebagai 'upaya mengaburkan kebenaran dan menghindari tanggung jawab atas pembunuhan Shireen Abu Akleh'.
Kepala biro lokal Al Jazeera, Wali al-Omari, menuturkan kepada Reuters bahwa kesimpulan penyelidikan Israel itu menjadi upaya menghindari penyelidikan kriminal independen.
"Jelas bahwa mereka berupaya mengabadikan ambiguitas dan penipuan di satu sisi, sementara pada saat bersamaan, membersihkan diri mereka dari kesalahan dengan mengklaim bahwa ada baku tembak. Ini semua bohong, karena semua keterangan dan video dan saksi mata membantah klaim mereka," tegasnya.
Para pejabat Palestina dan keluarga Abu Akleh meyakini bahwa jurnalis Al Jazeera itu dibunuh dengan sengaja dan menolak mentah-mentah pernyataan Israel soal keberadaan militan di dekat lokasi Abu Akleh berdiri saat itu.
(nvc/lir)