Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa negaranya bisa menjadi penengah dalam kebuntuan atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina yang diduduki oleh pasukan Rusia.
Hal itu disampaikan Erdogan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pembicaraan via telepon pada hari Sabtu (3/9).
"Presiden Erdogan menyatakan bahwa Turki dapat memainkan peran fasilitator di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, seperti yang mereka lakukan dalam kesepakatan gandum," kata kepresidenan Turki, dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (3/9/2022).
Ukraina, salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia, terpaksa menghentikan hampir semua pengiriman setelah invasi Rusia dimulai pada Februari lalu. Hal ini telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan global.
Ekspor gandum yang melintasi pelabuhan Laut Hitam kemudian dilanjutkan di bawah kesepakatan yang ditandatangani pada Juli oleh Ukraina dan Rusia dengan PBB dan Turki sebagai penjamin.
Bulan lalu, Erdogan mengingatkan soal bahaya bencana nuklir ketika dia mengunjungi kota Lviv untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
"Kami khawatir. Kami tidak menginginkan Chernobyl lagi," kata pemimpin Turki itu.
Saat ini, kekhawatiran meningkat atas keamanan pembangkit nuklir terbesar di Eropa, Zaporizhzhia, yang berada di bawah kendali Rusia.
Sebuah tim beranggotakan 14 orang dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengunjungi Zaporizhzhia, dengan kepala pengawas nuklir PBB tersebut, Rafael Grossi, mengatakan bahwa tempat tersebut telah rusak dalam pertempuran.
Kremlin menyatakan bahwa dalam percakapan telepon dengan Putin, Erdogan menekankan "peran konstruktif" Rusia dalam mengatur misi IAEA tersebut.
Simak Video 'Rusia Tuding Ukraina Serang Zaporizhzhia, Ingin Kacaukan Misi IAEA':