Sebuah serangan menggunakan bahan peledak di Kolombia barat daya menewaskan delapan petugas polisi pada hari Jumat (2/9) waktu setempat.
Dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (3/9/2022), Presiden Kolombia Gustavo Petro menyampaikan tentang serangan tersebut dalam postingan di Twitter.
"Saya sangat menentang serangan dengan bahan peledak di mana delapan polisi tewas," tulis Petro di Twitter, seraya menyatakan "solidaritas dengan keluarga mereka."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan itu terjadi di daerah pedesaan di wilayah Huila.
"Itu adalah serangan terhadap patroli polisi ," kata juru bicara polisi wilayah tersebut kepada AFP.
Ini adalah serangan paling serius terhadap pasukan keamanan publik Kolombia sejak Gustavo Petro yang bekas gerilyawan, berkuasa pada awal Agustus, menjadi presiden kiri pertama Kolombia.
Kolombia telah mengalami enam dekade konflik antara pemerintah dan pemberontak sayap kiri, dengan paramiliter sayap kanan dan pengedar narkoba juga berperan.
Pemerintah sayap kiri baru Petro telah berfokus pada perubahan taktik yang digunakan oleh militer, menuntut agar mereka lebih menghormati hak asasi manusia dan bertindak dalam membela perdamaian.
Petro telah membuka kembali dialog dengan Tentara Pembebasan Nasional (ELN), yang secara luas diakui sebagai kelompok gerilyawan terorganisir terakhir yang beroperasi di negara Amerika Selatan itu.
Simak juga 'Detik-detik Mencekam Tribun Arena Adu Banteng di Kolombia Ambruk':
Presiden Kolombia sebelumnya, Ivan Duque yang konservatif, telah menghentikan pembicaraan damai tersebut setelah serangan bom mobil 2019 di sebuah akademi kepolisian di Bogota yang menewaskan 22 orang.
Petro juga telah mengusulkan gencatan senjata "multilateral" dengan para pembangkang dari Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang meletakkan senjata dan menandatangani kesepakatan damai pada 2016.
Perwakilan khusus PBB di Kolombia, Carlos Ruiz, mengutuk serangan terhadap polisi Kolombia itu dan menyerukan untuk "terus mendesak upaya-upaya perdamaian".
Menteri Pertahanan Kolombia Ivan Velasquez meminta angkatan bersenjata untuk "menanggapi dengan tegas serangan terhadap perdamaian ini."