Otoritas Ukraina dengan tegas membantah terlibat dalam ledakan bom mobil yang menewaskan pakar propaganda Rusia, Darya Dugina, yang juga anak dari Alexander Dugin yang merupakan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin.
Seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS, Senin (22/8/2022), bantahan itu disampaikan oleh penasihat kepresidenan Rusia, Mykhailo Podolyak, dalam pernyataan terbarunya. Kantor berita Ukraina, Ukrinform, juga memuat pernyataan bantahan Podolyak itu.
"Saya menekankan bahwa Ukraina jelas tidak ada hubungannya dengan itu," tegas Podolyak merujuk pada ledakan yang menewaskan Darya Dugina, dalam pernyataan pada Minggu (21/8) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ukraina jelas tidak ada hubungannya dengan ini, karena kami bukan negara kriminal, seperti Federasi Rusia, dan terlebih lagi, kami bukan negara teroris," ucap Podolyak yang secara resmi menjabat penasihat Kepala Kantor Presiden Ukraina.
Dalam pernyataannya, Podolyak menyebut publik di Rusia sedang mengobarkan ketegangan, karena mereka ingin memulai mobilisasi nyata, tidak lagi secara tersembunyi.
Menurut Podolyak, dugaan versi lainnya adalah saat ini ada beberapa kelompok politik yang berbeda di Rusia, yang saling bertarung untuk memecah-mecah kembali ruang ideologi internal di dalam negeri.
Laporan badan penegak hukum Rusia, seperti dilansir TASS, menyebut sebuah mobil merek Toyota jenis Land Cruiser Prado meledak di dekat desa Bolshiye Vyazemy, tidak jauh dari ibu kota Moksow, pada Senin (21/8) waktu setempat. Seorang pengemudi wanita dikonfirmasi tewas akibat ledakan itu.
Kepala gerakan sosial Horison Rusia, Andrey Krasnov, yang akrab dengan korban mengonfirmasi kepada TASS bahwa pengemudi wanita yang tewas adalah Darya Dugina. Disebutkan bahwa mobil itu meledak di tengah Jalan Raya Mozhaisk, saat tengah melaju dari festival Tradisi.
Menurut Krasnov, mobil yang dikemudikan Darya itu sebenarnya milik ayahnya, tokoh publik Alexander Dugin. Sosok Dugin dikenal sebagai ideolog garis keras Rusia yang dekat dengan Putin.
Sementara Associated Press menyebut Alexander Dugin sebagai seorang pakar teori politik berpengaruh di Rusia, yang kerap dijuluki sebagai 'otaknya Putin'.
Baik Darya maupun ayahnya sama-sama diketahui bekerja untuk propaganda Rusia. Bahkan secara khusus, Darya yang berprofesi sebagai seorang jurnalis ini memiliki saluran Telegram yang digunakan untuk mendukung invasi Rusia terhadap Ukraina.
Komisi Penyelidikan Federasi Rusia dalam pernyataannya menyebut pembunuhan Darya Dugina telah direncanakan dan diperintahkan, namun tidak disebut lebih lanjut soal pemberi perintah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova sebelumnya menulis di Telegram bahwa: "Jika teori Ukraina dikonfirmasi ... dan itu harus diverifikasi oleh pihak berwenang, itu berarti terorisme negara di pihak rezim Kiev."