Presiden terguling Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, diperkirakan tiba di Thailand pada Kamis (11/8) besok. Dia akan mencari perlindungan sementara di negara Asia Tenggara tersebut setelah melarikan diri dari negaranya bulan lalu di tengah protes massal.
Rajapaksa melarikan diri ke Singapura pada 14 Juli, melalui Maladewa, menyusul kerusuhan yang dipicu oleh krisis ekonomi terburuk Sri Lanka dalam tujuh dekade, dan beberapa hari setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi dan kantor presiden.
Pensiunan perwira militer itu kemudian mengundurkan diri dari kursi kepresidenan, menjadi presiden Sri Lanka pertama yang berhenti di tengah masa jabatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari kantor berita Reuters, Rabu (10/8/2022), menurut dua sumber, mantan presiden itu diperkirakan akan meninggalkan Singapura dan pergi ke ibu kota Thailand, Bangkok pada Kamis besok.
Kementerian Luar Negeri Sri Lanka tidak segera menanggapi permintaan komentar. Juru bicara pemerintah Thailand Ratchada Thanadirek mengatakan kepada Reuters "tidak ada komentar".
Rajapaksa belum muncul atau berkomentar di depan umum sejak meninggalkan Sri Lanka. Pemerintah Singapura mengatakan bulan ini bahwa negara kota itu tidak memberinya hak istimewa atau kekebalan apa pun.
Beberapa kritikus dan pengunjuk rasa menuduh Rajapaksa dan keluarganya salah menangani ekonomi selama masa jabatannya sebagai presiden, yang menyebabkan krisis keuangan terburuk di negara itu sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.
Lihat juga Video: Presiden Baru Sri Lanka Dilantik, Posko Demonstrans Langsung Dibongkar
Kakak laki-lakinya, Mahinda Rajapaksa, adalah mantan presiden dan perdana menteri. Adik mereka, Basil Rajapaksa, menjabat sebagai menteri keuangan hingga awal tahun ini.
Pengganti Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe, sebelumnya telah mengindikasikan bahwa mantan presiden itu harus menahan diri untuk tidak kembali ke Sri Lanka dalam waktu dekat.
"Saya tidak percaya ini saatnya dia kembali," kata Wickremesinghe kepada Wall Street Journal dalam sebuah wawancara pada 31 Juli. "Saya tidak memiliki indikasi dia akan segera kembali," imbuhnya.
Menurut para pakar hukum, jika Rajapaksa kembali ke Sri Lanka, dia mungkin tidak dilindungi undang-undang jika ada tuntutan yang diajukan terhadapnya.