Junta Myanmar menuai kecaman dari dunia internasional usai melakukan eksekusi mati terhadap empat tahanan, termasuk seorang aktivis pro-demokrasi terkemuka dan mantan anggota parlemen dari partai Aung San Suu Kyi. Namun, junta Myanmar menyebut keempat napi itu "pantas mendapatkan banyak hukuman mati".
"Jika kita membandingkan hukuman mereka dengan kasus-kasus hukuman mati lainnya, mereka telah melakukan kejahatan yang seharusnya mereka dijatuhi hukuman mati berkali-kali," kata juru bicara junta militer Myanmar, Zaw Min Tun pada konferensi pers reguler, seperti dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (26/7/2022).
Eksekusi mati yang diumumkan pada hari Senin (25/7) tersebut telah memicu kecaman luas. Eksekusi tersebut merupakan penerapan hukuman mati yang pertama di Myanmar dalam beberapa dekade terakhir. Eksekusi tersebut memicu seruan bagi masyarakat internasional untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap junta Myanmar yang sudah terisolasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zaw Min Tun mengatakan, hukuman mati diberikan oleh pengadilan setelah para terdakwa "diberi hak untuk membela diri sesuai dengan prosedur pengadilan."
"Mereka merugikan banyak orang yang tidak bersalah. Ada banyak kerugian besar yang tidak bisa diganti," imbuhnya.
Dia mengatakan, para tahanan tersebut, yang termasuk mantan anggota parlemen dari partai pemimpin terguling Aung San Suu Kyi, telah diizinkan untuk bertemu anggota keluarga melalui konferensi video.
Phyo Zeya Thaw, mantan anggota parlemen dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi dijatuhi hukuman mati pada Januari lalu karena pelanggaran di bawah undang-undang anti-terorisme.
Aktivis demokrasi Kyaw Min Yu - lebih dikenal sebagai "Jimmy" - menerima hukuman yang sama dari pengadilan militer.
Dua pria lainnya dieksekusi mati karena membunuh seorang wanita yang mereka duga sebagai informan junta di Yangon.
Junta telah menghukum mati puluhan aktivis anti-kudeta sebagai bagian dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat setelah merebut kekuasaan tahun lalu, tetapi Myanmar tidak melakukan eksekusi mati dalam beberapa dekade.
Kecaman internasional ditujukan ke junta Myanmar, termasuk dari PBB, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa atas eksekusi mati 4 tahanan tersebut.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) juga menyebut eksekusi tersebut "sangat tercela" dan mengatakan "sangat terganggu dan sangat sedih" dengan eksekusi tersebut.
Di Bangkok, ibu kota Thailand, ratusan orang menggelar aksi protes di luar kedutaan Myanmar. Beberapa memegang foto Kyaw Min Yu dan Phyo Zeya Thaw bersama Aung San Suu Kyi saat mereka meneriakkan "Kami menginginkan demokrasi."