Sedikitnya 18 orang tewas dalam penggerebekan besar-besaran yang dilakukan Kepolisian Brasil di area kumuh Rio de Janeiro. Penggerebekan itu menargetkan geng-geng kriminal setempat.
Seperti dilansir AFP, Jumat (22/7/2022), sekitar 400 personel kepolisian dikerahkan dalam penggerebekan di area kumuh bernama Complexo do Alemao pada Kamis (21/7) waktu setempat, dengan didukung 10 kendaraan antipeluru dan empat helikopter.
Target penggerebekan adalah geng-geng kriminal yang merampok kendaraan-kendaraan yang membawa muatan kargo untuk bank dan bisnis lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara Kepolisian Brasil, Ivan Blaz, menuturkan bahwa 16 orang yang tewas merupakan anggota geng kriminal terorganisir. Dua orang lainnya merupakan seorang penegak hukum dan seorang wanita sipil yang tinggal di area kumuh itu.
Namun kantor Pembela Umum dan komisi hak asasi manusia (HAM) Asosiasi Pengacara Brasil menuturkan kepada AFP secara terpisah bahwa mereka mendapatkan informasi sedikitnya 20 prang tewas dalam penggerebekan itu, termasuk seorang penegak hukum dan seorang warga sipil.
Presiden Jair Bolsonaro menyesalkan kematian seorang polisi bernama Bruno de Paula Costa (38), namun tidak menyebut korban tewas lainnya. "Dia tewas setelah bentrokan dengan para penjahat," ucap Bolsonaro dalam pernyataannya via media sosial.
Kolonel Rogerio Lobasso, yang bertanggung jawab atas operasi penggerebekan itu, menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya seorang wanita sipil berusia 50 tahun. Ditegaskan Lobasso bahwa kematian wanita sipil itu masih dalam penyelidikan.
Kekasih wanita itu, Denilson Gloria, menuturkan kepada media lokal G1 bahwa polisi menembaknya saat berhenti di lampu lalu lintas. "Mereka menembak ke arah mobil. Saya melihatnya ambruk di sebelah saya. Ketika saya melihatnya lagi, dadanya berlubang," tuturnya.
Banyaknya korban jiwa dalam penggerebekan itu memicu protes dan kemarahan warga. "Kami ingin perdamaian!" teriak sejumlah warga di lokasi, seperti dilansir Associated Press.
Dituturkan warga bahwa mereka yang berusaha membantu orang-orang yang terluka berisiko ditangkap.
"Itu merupakan pembantaian di dalam, yang disebut polisi sebagai operasi," tutur salah satu wanita yang enggan disebut namanya kepada Associated Press di lokasi penggerebekan. "Mereka tidak membiarkan kami membantu (korban luka)" imbuhnya.
Berbicara kepada media lokal, sejumlah warga area kumuh itu menuduh polisi juga menyerang warga sipil dan melakukan penggerebekan dari rumah ke rumah di tengah baku tembak sengit antara personel keamanan dengan para kriminal.
Otoritas penegakan hukum membela tindakan para personel mereka dalam penggerebekan itu, dengan menyebut unit-unit kepolisian 'diserang secara kejam' dengan taktik 'militer dan gerilya'. Mereka juga menuduh para anggota geng kriminal menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Juru bicara Kepolisian Rio de Janeiro menyebut beberapa anggota geng kriminal menggunakan seragam untuk menyamar sebagai polisi.
"Saya lebih memilih mereka (tersangka) tidak bereaksi dan kemudian kita bisa menangkap 15, 14 orang. Tapi sayangnya mereka memilih untuk menembaki polisi kami," ucap salah satu penyidik Kepolisian Rio de Janeiro, Ronaldo Oliveira.