Amerika Serikat (AS) berencana mengirimkan lebih banyak sistem roket presisi kepada Ukraina untuk membantu negara itu menghadapi invasi Rusia. Kiev sebelumnya mengakui jika pasokan senjata Barat, terutama roket jarak jauh AS, mampu mengubah keseimbangan di medan perang dengan Moskow.
Seperti dilansir AFP, Kamis (21/7/2022), rencana pengiriman lebih banyak sistem roket untuk Ukraina itu disampaikan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin saat berbicara kepada wartawan di Pentagon pada Rabu (20/7) waktu setempat.
Pengumuman itu disampaikan sehari usai Ukraina meminta AS mengirimkan lebih banyak Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) M142. Diklaim oleh Kiev bahwa pasukannya menggunakan sistem roket AS untuk menghancurkan sekitar 30 stasiun komando dan depot amunisi Rusia sejauh ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Washington akan mengirimkan empat lagi sistem roket canggih HIMARS dengan totalnya mencapai 16 unit," ujar Austin kepada wartawan setempat.
"Ukraina telah memanfaatkan HIMARS dengan sangat baik, dan Anda bisa melihat dampaknya di medan perang," imbuhnya.
"Rusia terus melancarkan gempuran tanpa henti, dan itu merupakan taktik kejam yang mengingatkan kembali pada kengerian Peran Dunia I. Jadi Ukraina membutuhkan senjata dan amunisi untuk menahan gempuran ini dan menyerang balik," tegas Austin dalam pernyataannya.
Disebutkan juga bahwa AS akan mengirimkan amunisi Sistem Roket Multi Peluncuran Terarah (GMLRS) tambahan, yang bisa secara tepat menyerang target hingga sejauh 80 kilometer.
Menhan Ukraina Oleksiy Reznikov pada Selasa (19/7) waktu setempat meminta penambahan besar-besaran dalam jumlah HIMARS yang dikirimkan ke Kiev. Reznikov menyatakan bahwa sedikitnya 100 unit diperlukan untuk memberikan serangan balasan secara efektif terhadap pasukan Moskow.
Diserukan juga oleh Reznikov soal pengiriman amunisi jarak jauh -- dengan jangkauan 100-150 kilometer -- untuk memutus unit militer Rusia dari pasokan dukungan mereka.
Saat ditanya soal amunisi jarak jauh pada Rabu (20/7), Austin menjawab: "Kami pikir apa yang mereka miliki dan apa yang mereka kerjakan benar-benar telah memberikan mereka banyak kemampuan."
Jenderal top AS, Mark Milley, yang menjabat Kepala Staf Gabungan AS menekankan bahwa peluncur HIMARS bisa memuat enam roket GMLRS namun hanya satu rudal ATACMS (Sistem Rudal Taktis Militer) -- yang bisa menyerang target sejauh 300 kilometer -- yang berarti akan ada pertukaran antara volume dan jangkauan.
"Sekarang, GMLRS benar-benar memenuhi kebutuhan mereka," sebut Milley merujuk pada Ukraina.
Pemerintahan Presiden Joe Biden sejauh ini menolak untuk mengirimkan amunisi jarak jauh, karena mengkhawatirkan Ukraina akan menyerang target-target di dalam wilayah Rusia dan berpotensi memperluas perang hingga menjadi bentrokan langsung dengan Barat.
Beberapa jam sebelum pengumuman Austin, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengungkapkan target militer Moskow di Ukraina telah diperluas dengan tidak hanya fokus merebut kendali atas wilayah Donetsk dan Luhansk yang ada di Donbas, Ukraina bagian timur.
Lavrov juga mengatakan bahwa pasokan senjata dari negara-negara Barat untuk Ukraina, termasuk sistem rudal HIMARS buatan AS, telah membuat Moskow meninjau kembali rencana-rencana sebelumnya di Ukraina. Ditegaskan Lavrov bahwa 'target geografis akan bergerak lebih jauh dari garis (pertempuran) saat ini' jika Barat terus mengirim pasokan senjata ke Ukraina.