Seorang remaja berusia 15 tahun di India tewas dalam bentrokan yang terjadi saat unjuk rasa memprotes penghinaan Nabi Muhammad SAW. Remaja laki-laki ini dilaporkan tewas setelah terkena tembakan di bagian kepala saat bentrokan pecah.
Seperti dilansir CNN, Kamis (23/6/2022), rekaman video yang diunggah ke media sosial dari unjuk rasa pada 10 Juni lalu menunjukkan remaja bernama Mudassir Alam (15) itu sedang mengepalkan tangannya ke udara saat kerumunan demonstran meneriakkan 'Hidup Islam'.
Suara tembakan terdengar dalam video itu saat bentrokan pecah antara polisi India dan demonstran Muslim di kota Ranchi, dengan salah satu suara menyatakan: "Mereka menembakkan peluru, mereka menembakkan peluru!"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika lebih banyak suara tembakan terdengar, Mudassir tiba-tiba tumbang.
"Dia meninggal!" teriak seseorang di dekatnya, yang disambut dengan sejumlah orang lainnya yang berupaya menghentikan darah yang mengalir dari luka di bagian kepala Mudassir.
Mudassir dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit. Dia menjadi salah satu dari dua pemuda yang tewas dalam bentrokan di Ranchi. Bentrokan itu semakin memperdalam perpecahan agama antara warga mayoritas Hindu dengan warga minoritas Muslim di India.
Unjuk rasa pada 10 Juni itu menjadi salah satu dari sejumlah aksi protes yang berlangsung di India setelah dua juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India melontarkan komentar kontroversial soal Nabi Muhammad SAW.
Simak juga 'Polisi Tangkap Ratusan Pengunjuk Rasa Pemrotes Ujaran Menghina Nabi Muhammad':
Ayah Mudassir, Parvez Alam, tidak mengetahui siapa yang membunuh putranya yang masih remaja. Namun dalam pengaduan polisi, dia menuduh polisi 'menembak secara membabi-buta menggunakan AK-47 dan pistol menargetkan massa Muslim'.
Dia bahkan mengklaim setidaknya tiga pria lainnya menembakkan peluru ke arah demonstran dari atap kuil Hindu setempat, yang dekat dengan lokasi Mudassir berdiri saat ikut unjuk rasa.
"Akibat penembakan dari atap kuil dan oleh polisi, terjadi situasi kacau dan satu peluru mengenai putra saya di kepalanya," ucap Alam dalam pengaduannya.
Wakil Komisioner Kepolisian Ranchi, Chhavi Ranjan, mengonfirmasi bahwa Mudassir dan seorang pemuda lainnya, yang diidentifikasi sebagai Sahul Ansari, dinyatakan meninggal dunia di Institut Ilmu Kedokteran Rajendra akibat 'luka karena peluru' yang diderita saat unjuk rasa.
Ayah Ansari, Mohammad Afzal, menuturkan kepada CNN bahwa putranya yang berusia 20 tahun itu sedang dalam perjalanan pulang dari pekerjaannya menjual telepon genggam di pasar ketika 'polisi melepas tembakan'.
Ranjan dalam penjelasannya menyebut 'polisi melepas tembakan karena massa melakukan kekerasan dan tembakan awal muncul dari massa'. Namun dia tidak menjawab saat ditanya massa yang mana yang dia maksud. Ditegaskan Ranjan bahwa hal itu masih diselidiki.
Secara terpisah, Inspektur Jenderal Kepolisian Jharkhand, Amol Homkar, menyatakan bahwa komisi khusus telah dibentuk untuk menyelidiki insiden tersebut dan Tim penyelidikan Khusus dari Kepolisian Ranchi juga melakukan penyelidikan.
Ditambahkan Homkar bahwa 12 orang mengalami luka-luka dalam unjuk rasa itu dan sebanyak 30 orang lainnya ditangkap beberapa hari kemudian.
Hasil pemeriksaan CNN terhadap rekaman unjuk rasa menunjukkan bahwa polisi beberapa kali melepas tembakan tanpa pandang bulu ke arah demonstran, yang tidak terlihat membawa senjata api, termasuk Mudassir.
Ayah Mudassir pun menuntut jawaban tegas atas kematian putranya. "Saya kehilangan satu-satunya anak saya karena kekerasan ini. Dia baru 15 tahun, bahkan belum dewasa," ucap Alam.