Ukraina menahan seorang pejabat senior pemerintahan dan seorang pemimpin bisnis yang diduga menjadi bagian dari jaringan mata-mata Rusia. Keduanya ditangkap di ibu kota Kiev.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (22/6/2022), Dinas Keamanan Ukraina (SBU) tidak mengungkapkan nama dua tersangka itu, namun mengidentifikasi mereka sebagai seorang pejabat senior pada Sekretariat Menteri Kabinet dan seorang kepala departemen pada Kamar Dagang dan Industri -- sebuah lobi bisnis.
Dalam pernyataan via Telegram, SBU menyatakan pihaknya melakukan 'operasi khusus multi-tahap' untuk menetralisir jaringan mata-mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai hasilnya: di Kiev, kepala departemen pada Sekretariat Menteri Kabinet dan kepala salah satu direktorat pada Kamar Dagang dan Industri ditahan," demikian pernyataan SBU.
"Pejabat-pejabat ini menyampaikan berbagai informasi intelijen kepada musuh: dari soal kemampuan pertahanan kita hingga soal pengaturan di perbatasan negara dan data pribadi para aparat penegak hukum Ukraina," imbuh pernyataan tersebut.
Rusia belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan SBU itu.
Kedua tersangka itu ditampilkan sedang duduk di depan bendera Ukraina, dalam sebuah video yang dirilis SBU. Mereka juga mengaku telah bekerja sama dengan Moskow, yang menginvasi Ukraina sejak 24 Februari lalu. Tidak diketahui secara jelas apakah keduanya berbicara di bawah tekanan.
Simak Video 'Zelenskyy: Ukraina Berperang untuk Kebebasan Dunia':
Dalam penjelasannya, SBU menyebut Rusia membayar kedua tersangka antara US$ 2.000 (Rp 29,7 juta) hingga US$ 15.000 (Rp 222,9 juta) untuk setiap tugas, tergantung pada level kerahasiaan dan pentingnya informasi yang diberikan.
Salah satu tersangka mengatakan dalam video itu bahwa dirinya menerima total US$ 33.000 (Rp 490,4 juta) untuk aktivitasnya, dan tersangka lainnya mengakui dirinya menerima total US$ 27.000 (Rp 401,2 juta).
Satu tersangka yang memiliki nama kode 'Kireev' mengaku sudah bekerja sama dengan Moskow sejak tahun 2016, sedangkan tersangka lainnya mengaku telah melakukan aktivitas semacam itu sejak tahun 2019.