Otoritas Rusia menyebutkan bahwa nyaris 2.000 tentara bayaran asing tewas dalam pertempuran di wilayah Ukraina, sejak invasi dilancarkan Moskow pada akhir Februari lalu. Disebutkan juga oleh Rusia bahwa jumlah tentara bayaran asing di Ukraina berkurang dan banyak yang meninggalkan negara itu.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (18/6/2022), Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya pada Jumat (17/6) mengklaim bahwa sekitar 6.959 'tentara bayaran dan spesialis senjata' dari 64 negara telah tiba di Ukraina sejak apa yang disebut Moskow sebagai 'operasi militer khusus' diluncurkan.
"Sedikitnya 1.956 orang di antaranya telah dihancurkan," sebut Kementerian Pertahanan Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan juga oleh Kementerian Pertahanan Rusia bahwa sekitar 1.779 tentara bayaran asing lainnya telah meninggalkan Ukraina.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Rusia juga mengungkapkan bahwa Polandia menjadi 'pemimpin mutlak' di antara negara-negara Eropa lainnya untuk jumlah petempur asing yang dikirimkan ke Ukraina. Polandia, menurut Kementerian Pertahanan Rusia, disusul oleh Rumania dan Inggris.
Selain negara-negara itu, Kementerian Pertahanan Rusia juga menyebut adanya 'tentara bayaran' dari Kanada, Amerika Serikat (AS) dan Georgia.
Masih menurut Kementerian Pertahanan Rusia, jumlah petempur atau tentara bayaran asing di Ukraina semakin menurun dan banyak yang meninggalkan Ukraina 'dengan meningkatnya kegagalan militer dari rezim Kiev dan kerugian harian secara besar-besaran dalam jumlah pasukan dan peralatan'.
Simak juga 'PM Inggris ke Ukraina: Semoga Berhasil Hancurkan Semua Tank Rusia!':
Pada April lalu, seorang pejabat Eropa menyebut hingga 20.000 tentara bayaran dari perusahaan militer swasta Rusia, Wagner Group, juga dari Suriah dan Libya ikut bertempur dengan pasukan Moskow dalam invasi di Ukraina.
Awal bulan ini, otoritas separatis pro-Rusia di wilayah Ukraina bagian timur menjatuhkan vonis mati terhadap dua petempur asing asal Inggris, Aiden Aslin dan Shaun Pinner, dan seorang petempur asing lainnya asal Maroko, Brahim Saadun.
Ketiganya divonis bersalah karena bertindak sebagai tentara bayaran dan berupaya menggulingkan pemerintahan separatis pro-Rusia.