Dipecat karena menentang operasi militer atau invasi Rusia ke Ukraina, seorang mantan dosen di universitas kota Volgograd berjuang untuk bisa tetap mengajar. Pria berusia 49 tahun ini tengah terjerat sejumlah proses hukum, termasuk salah satunya atas tuduhan menyebarkan informasi palsu soal konflik di Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Senin (13/6/2022), Roman Melnichenko (49) bahkan telah mempersiapkan dua tas, dengan salah satunya jika dirinya masuk penjara dan satu lagi jika dia harus melarikan diri dari Rusia.
"Saya harus bersiap," ucap Melnichenko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melnichenko mengajar hukum di Volgograd, dikenal sebagai Stalingrad pada era Uni Soviet, selama 25 tahun sebelum dia dipecat pada April lalu karena berbicara menentang operasi militer Rusia di Ukraina.
Kini, dia tengah berjuang di pengadilan untuk mempertahankan haknya mengajar kuliah, sembari menghadapi masalah hukum lainnya setelah dia didakwa menyebarkan informasi palsu soal konflik di Ukraina.
Para guru maupun dosen ada di bawah tekanan yang semakin meningkat di Rusia selama bertahun-tahun saat pemerintah menindak tegas kebebasan berbicara. Banyak yang dipecat atas tuduhan 'perilaku tidak bermoral' setelah mereka mengkritik pemerintah atau menantang konservatisme yang meningkat di Rusia.
Hal semacam ini terus meningkat sejak Presiden Vladimir Putin mengirimkan tentara Rusia ke Ukraina pada akhir Februari lalu. Melnichenko pun menyatakan dirinya memahami mengapa itu terjadi.
"Elite intelektual memiliki kekuatan untuk membuat elite pemerintahan kehilangan pondasi kekuasaannya, itulah mengapa ada semacam reaksi keras terhadap universitas-universitas," ucap Melnichenko yang mantan dosen senior Universitas Negeri Voldograd ini kepada AFP.
Dia juga ditahan polisi di kampus tempatnya mengajar dan dituduh menyebarkan informasi palsu -- dakwaan yang dijeratkan terhadap banyak orang di Rusia yang mengkritik operasi Moskow ke Ukraina.
Melnichenko mungkin tinggal di Rusia, namun dia memiliki keterkaitan mendalam dengan Ukraina. Kedua orangtuanya tinggal di Nikopol, sebuah kota di Ukraina bagian selatan yang dekat dengan garis depan pertempuran. "Saya shock selama tiga bulan terakhir. Ini orangtua saya," ucapnya sembari berlinang air mata.
Pada Juni lalu, pengadilan menyatakan Melnichenko bersalah atas dakwaan administratif dan memerintahkannya membayar denda 30.000 Rubel (Rp 7,7 juta) -- sebesar gaji bulanannya.
Beruntung, Melnichenko bukan pencari nafkah utama untuk keluarganya. Istrinya, Zoya, yang seorang pakar manikur dan memiliki penghasilan lebih besar. "Jika mereka melarang manikur, Rusia akan runtuh," ucapnya sambil terbahak-bahak.
Ini bukan pertama kalinya Melnichenko yang kritis dan blak-blakan ini bermasalah dengan otoritas Rusia. Dua universitas sempat menolak memperpanjang kontraknya. Satu insiden terjadi setelah dia mencela kasus korupsi, dan yang lainnya setelah dia menawarkan mahasiswanya kesempatan untuk membahas isu sangat sensitif di Rusia, yaitu pencaplokan Crimea dari Ukraina tahun 2014.
Namun pemecatannya atas tuduhan perilaku tak bermoral memiliki dampak lebih serius, karena itu akan mencegahnya untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai dosen di Rusia. Dia menggugat putusan itu di pengadilan, namun juga khawatir jika didakwa pidana.
Melnichenko menyatakan dirinya tidak bisa membayangkan hidup tanpa mengajar. "Saya perlu universitas, mahasiswa, dosen. Ini adalah tempat di mana semua orang bisa bertumbuh dan membantu yang lainnya bertumbuh," ujarnya.