Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengucapkan terima kasih karena pemerintah Inggris telah menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk berperang dengan Rusia.
Dilansir dari kantor berita Reuters, Selasa (7/6/2022), secara khusus, pemimpin Ukraina itu berterima kasih kepada Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson untuk pemahaman "penuh" akan kebutuhan senjata tersebut.
"Saya berterima kasih kepada Perdana Menteri Boris Johnson atas pemahaman penuh soal tuntutan kami dan kesiapan untuk menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk melindungi kehidupan rakyat kami," kata Zelensky dalam pidato video pada Senin (6/6) malam waktu setempat.
Hal ini disampaikan Zelensky setelah pemerintah Inggris mengatakan pada hari Senin (6/6) bahwa, dalam koordinasi dengan Amerika Serikat, Inggris akan memasok Ukraina dengan sistem roket peluncuran ganda sebagai bagian dari bantuan militer baru Inggris untuk Ukraina. Sistem roket canggih yang dikenal sebagai MLRS itu dapat menyerang target hingga 80 km jauhnya.
Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan bahwa peluncur M270 tersebut, yang dapat menyerang target hingga 80 kilometer (50 mil) jauhnya dengan roket berpemandu presisi, akan "memberikan peningkatan kemampuan yang signifikan bagi pasukan Ukraina.
Sebelumnya pada pekan lalu, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan akan memasok Kiev dengan sistem roket artileri mobilitas tinggi, yang dikenal sebagai HIMARS, yang secara bersamaan dapat meluncurkan beberapa rudal berpemandu presisi. HIMARS ini lebih unggul dalam jangkauan dan presisi dibandingkan sistem roket yang ada di Ukraina.
Persenjataan canggih tersebut akan dikirimkan AS setelah Ukraina memberikan jaminan untuk tidak menggunakannya dalam menyerang target di wilayah Rusia. Keputusan AS tersebut memicu peringatan keras dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengingatkan bahwa Moskow akan menyerang "target-target" baru yang tidak disebutkan jika Barat memasok senjata tersebut untuk Ukraina. Dia mengatakan pengiriman senjata baru ke Ukraina ditujukan untuk "memperpanjang konflik".