Pasukan Rusia merangsek ke dekat pusat kota Severodonetsk di Ukraina timur. Rusia bergerak di tengah desakan 'negosiasi langsung (dan) serius'.
Seperti dilansir BBC dan France24, Senin (30/5/2022), desakan itu disampaikan oleh Macron dan Scholz saat berbicara via telepon dengan Putin selama 80 menit pada Sabtu (28/5) waktu setempat.
Kantor Kanselir Jerman dalam pernyataannya menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak Putin untuk melakukan negosiasi dengan Presiden Ukraina guna mencari solusi diplomatik untuk konflik. Hal itu dibahas keduanya melalui percakapan telepon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan juga Macron dan Scholz 'mendesak gencatan senjata segera dan penarikan tentara Rusia' dari Ukraina. Menurut Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia, Mosow terbuka untuk melanjutkan dialog dengan Kiev. Tidak disebutkan lebih lanjut soal kemungkinan pembicaraan langsung antara Putin dan Zelensky.
Di tengah desakan itu, pasukan Rusia justru bergerak semakin dekat ke Severodonetsk.
"Rusia sedang bergerak maju ke pusat Severodonetsk. Pertempuran berlanjut. Situasinya sangat sulit," kata Gubernur wilayah Lugansk Sergiy Gaiday dalam sebuah pernyataan di media sosial seperti diberitakan kantor berita AFP, Senin (30/5/2022).
Setelah gagal merebut ibu kota Ukraina, Kiev, pada tahap awal perang, Rusia telah mengalihkan fokusnya ke wilayah Donbas, Ukraina timur dan berusaha mengonsolidasikan wilayah-wilayah yang berada di bawah kendalinya.
"Infrastruktur penting Severodonetsk hancur dan 60 persen bangunan tempat tinggal yang rusak tidak dapat diperbaiki," kata Gaiday dalam postingan di Telegram.
Dia menambahkan tiga dokter di daerah itu dilaporkan hilang setelah kendaraan mereka ditemukan rusak parah. Dua sukarelawan juga menjadi sasaran serangan saat mengemudi.
Severodonetsk merupakan salah satu dari beberapa pusat kota penting yang terletak di jalur Rusia untuk merebut seluruh wilayah Lugansk, tujuan utama militer Moskow. Kota itu memiliki populasi 100.000 orang sebelum perang.
Pasukan Rusia sebelumnya mengatakan mereka telah merebut Lyman, sebuah kota kecil dan bekas pusat kereta api di daerah itu, dan meningkatkan tekanan pada kota Severodonetsk dan Lysychansk.
Lihat video 'Rusia Kembali Luncurkan Serangan ke Kharkiv':
Senjata Nuklir Taktis Akan Dipakai di Ukraina?
Dubes Rusia untuk Inggris Andrei Kelin mengomentari spekulasi yang menduga Moskow akan menggunakan senjata nuklir taktis dalam operasi militernya di Ukraina. Kelin meragukan spekulasi itu.
Seperti dilansir BBC, Senin (30/5/2022), Kelin dalam pernyataannya menjelaskan menurut aturan militer Rusia, senjata itu tidak digunakan dalam konflik yang terjadi di wilayah Ukraina.
Kelin dalam wawancara dengan BBC One pada Minggu (29/5) pagi setempat menyatakan soal penggunaan senjata nuklir, Rusia memiliki aturan ketat. Dia menegaskan senjata nuklir hanya akan digunakan jika keberadaan Rusia sebagai sebuah negara dalam keadaan terancam.
"Itu tidak ada hubungannya dengan operasi saat ini," tegas Kelin, merujuk pada aksi militer Rusia ke Ukraina yang disebut sebagai 'operasi militer khusus'.
Senjata nuklir taktis merupakan senjata yang bisa digunakan dalam jarak relatif dekat, yang berbeda dengan senjata nuklir 'strategis' yang bisa diluncurkan untuk jarak yang lebih jauh dan semakin memicu momok perang nuklir besar-besaran.
Zelensky Desak Uni Eropa Kirim Senjata Berat
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi kota timur Kharkiv untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia pada hari Minggu (29/5). Zelenskyy memecat kepala keamanan Kharkiv karena tidak bekerja untuk mempertahankan kota sejak hari-hari pertama perang skala penuh.
Kantor Zelensky memposting video di Telegram yang menunjukkan dia mengenakan rompi anti peluru dan di depan bangunan yang hancur parah di Kharkiv. Zelenskyy juga mengatakan pemboman tanpa henti Rusia telah menghancurkan kota timur Severodonetsk, yang sekarang menjadi fokus utama pasukan Moskow.
Zelenskyy mendesak Uni Eropa menghentikan impor dari Rusia dan segera menyepakati pengiriman senjata berat ke Ukraina. Para diplomat di Brussel telah gagal menyepakati rencana untuk menghapus minyak Rusia secara bertahap.
Pembicaraan telah berlangsung selama sebulan dan akan berlanjut hari Senin (30/5). Para petinggi Eropa akan melakukan pertemuan puncak dua hari untuk membahas perang di Ukraina. Presiden Zelenskyy juga dijadwalkan akan berbicara lagi dengan para pemimpin Uni Eropa pada pertemuan itu.