China dan Rusia menggunakan hak veto untuk memblokir resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang diajukan Amerika Serikat (AS) guna memperketat sanksi pada Korea Utara (Korut) terkait aktivitas peluncuran rudal. Hal ini menunjukkan perpecahan dalam tubuh PBB yang dikhawatirkan akan dieksploitasi Pyongyang.
Seperti dilansir AFP, Jumat (27/5/2022), resolusi Dewan Keamanan PBB yang diajukan oleh AS itu akan mengurangi jumlah minyak yang bisa diimpor secara legal oleh Korut, sebagai hukuman atas uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Rabu (25/5) waktu setempat.
Resolusi itu mendapat dukungan 13 anggota Dewan Keamanan PBB, meskipun sejumlah sekutu AS diam-diam bertanya apakah Washington DC harus melanjutkan voting untuk resolusi itu setelah mengetahui oposisi yang gigih dari Beijing dan Moskow.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China yang merupakan sekutu terdekat Korut, dan Rusia, yang hubungannya dengan Barat memburuk karena invasinya ke Ukraina, menyatakan pihaknya lebih memilih pernyataan tidak mengikat dibandingkan resolusi baru terhadap Pyongyang.
"(AS) Tidak seharusnya menempatkan tekanan sepihak untuk penerapan sanksi saja. Mereka seharusnya juga berupaya mempromosikan solusi politik," tegas Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun.
Lebih lanjut, Zhang memperingatkan bahwa sanksi akan memicu 'eskalasi' dan konsekuensi kemanusiaan untuk Korut. Dia juga menuduh AS menginginkan resolusi itu gagal sehingga 'menyebarkan api perang' sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk menekan China.