Sebuah media ternama Amerika Serikat melaporkan bahwa Israel telah mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa mereka bertanggung jawab atas pembunuhan seorang kolonel Garda Revolusi Iran pekan lalu.
Dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (27/5/2022), Kolonel Sayyad Khodai ditembak mati pada hari Minggu (22/5) waktu setempat oleh seorang pria bersenjata ketika dia duduk di dalam mobil di luar rumahnya di Teheran, ibu kota Iran.
Presiden Iran Ebrahim Raisi telah bersumpah untuk membalas pembunuhan itu. Pihak Garda Revolusi Iran menyalahkan pembunuhan itu pada "elemen arogansi global" -- referensi ke Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari Rabu (25/5), The New York Times melaporkan bahwa "menurut seorang pejabat intelijen yang diberi pengarahan tentang komunikasi tersebut, Israel telah memberi tahu para pejabat Amerika Serikat bahwa mereka berada di balik pembunuhan itu."
Menurut sumber itu, yang berbicara kepada Times dengan syarat anonim, Israel mengatakan kepada para pejabat AS bahwa pembunuhan itu dimaksudkan sebagai peringatan kepada Iran untuk menghentikan operasi kelompok rahasia di dalam Pasukan Quds - sayap operasi asing Garda Revolusi.
Media Iran menyebut Khodai sebagai anggota Pasukan Quds.
Sebelumnya dilaporkan bahwa kolonel itu "dikenal" di Suriah, di mana Iran telah mendukung pemerintah Suriah selama 11 tahun perang saudara di negara tersebut, Iran juga pernah mengakui mengerahkan para "penasihat militer" ke Suriah.
Dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Duta Besar Iran untuk PBB Takht Ravanchi mengatakan masyarakat internasional harus mengutuk pembunuhan itu.
Simak juga video 'Sempat Tewaskan 45 Orang, Festival Api Unggun di Israel Kini Dibatasi':
"Sejalan dengan tanggung jawabnya untuk benar-benar memerangi terorisme dan dengan cara yang tidak diskriminatif, PBB diharapkan mengutuk tindakan keji ini," kata Ravanchi.
Tanpa menyebut siapa pun secara spesifik, dia mengatakan serangan itu dilakukan "oleh rezim tertentu untuk memajukan tujuan kebijakan luar negeri mereka yang tidak sah di wilayah tersebut."
Ribuan orang menghadiri pemakaman Khodai di Teheran tengah pada hari Selasa (24/5) waktu setempat. Doa pemakaman dipimpin oleh imam utama ibu kota, dan peti mati Khodai diselimuti bendera Iran.
Pembunuhan Khodai terjadi seiring negosiasi antara Iran dan kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang macet. Salah satu poin utama yang mencuat adalah permintaan Teheran untuk menghapus Garda Revolusi dari daftar terorisme AS - permintaan yang ditolak oleh Washington.