Kepolisian Toronto di Kanada menembak mati seorang pria yang kedapatan berjalan sambil menenteng senjata api. Akibat insiden ini, sedikitnya lima sekolah di wilayah Toronto ditempatkan di bawah lockdown sebagai pencegahan.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (27/5/2022), Kepala Kepolisian Toronto James Ramer dalam keterangannya menyebut para personel kepolisian merespons laporan soal keberadaan seorang pria bersenjata pada Kamis (26/5) sore waktu setempat.
Pria bersenjata itu akhirnya tewas ditembak setelah mengkonfrontasi polisi yang mendekatinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramer tidak menjelaskan lebih lanjut soal insiden tersebut, dengan alasan penyelidikan masih berlanjut.
Dalam pernyataan via Twitter, Kepolisian Toronto sebelumnya menyebut personelnya melepas tembakan dan seorang tersangka, yang disebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia akhir remaja atau awal 20-an, mengalami luka-luka.
Lokasi insiden itu dilaporkan berjarak sekitar 130 meter dari William G Davis Junior Public School, yang merupakan salah satu dari lima sekolah yang ada di-lockdown.
Menurut Badan Sekolah Distrik Toronto, lockdown pada sekolah-sekolah itu telah dicabut beberapa jam kemudian.
Simak video 'Murkanya Joe Biden Gegara 18 Anak di Texas Tewas Ditembak':
Insiden di Toronto ini terjadi dua hari setelah penembakan massal terjadi di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Texas, Amerika Serikat (AS). Sedikitnya 19 anak-anak dan dua guru tewas dalam penembakan brutal itu, dengan pelaku penembakan yang berusia 18 tahun telah ditembak mati oleh aparat penegak hukum di lokasi.
Kepolisian Toronto juga memblokir ruas jalan yang berjarak 300 meter dari lokasi insiden tersebut. Para petugas penyelidikan khusus tengah melakukan penyelidikan. Belum diketahui motif tersangka menenteng senjata api di jalanan dekat sekolah setempat.
"Saya tentu memahami trauma dan betapa traumatisnya hal ini bagi para staf, siswa dan orang tua, merujuk pada peristiwa terkini yang terjadi di Amerika Serikat," ucap ramer.
Lebih lanjut, Ramer menyatakan pihaknya belum memiliki informasi detail soal insiden tersebut. "Saya tidak ingin berspekulasi dan menyarankan bahwa itu adalah sesuatu yang mirip dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat," ujarnya.