Sedikitnya 14 mayat ditemukan terdampar di sebuah pantai di wilayah Myanmar. Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mengutip laporan-laporan setempat menyebut temuan mayat itu mencakup anak-anak pengungsi Rohingya.
Seperti dilansir AFP, Selasa (24/5/2022), UNHCR dalam laporannya menyebut setidaknya 17 orang dikhawatirkan tewas setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik di perairan Myanmar. Organisasi penyelamat setempat menyebut mereka berupaya mencapai wilayah Malaysia.
"Sedikitnya 14 mayat ditemukan, dan 35 orang termasuk pemilik kapal berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup," tutur juru bicara kepolisian distrik Pathein, Letnan Kolonel Tun Shwe, dalam pernyataannya. Pathein diketahui berjarak 200 kilomter sebelah barat Yangon, Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun detail lengkap dari insiden ini masih belum jelas, UNHCR melaporkan bahwa kapal itu meninggalkan Sittwe di Myanmar bagian barat pada 19 Mei lalu dan menghadapi gelombang lautan yang ganas, yang membuat kapal mereka terbalik sekitar dua hari kemudian.
Salah satu anggota Organisasi Penyelamat Myanmar di wilayah Pathein, yang enggan disebut namanya, menuturkan bahwa delapan mayat ditemukan terdampar di pantai setempat pada Minggu (22/5) waktu setempat. Lokasi temuan mayat itu berjarak sekitar tiga jam dari ibu kota distrik tersebut.
Sedangkan seorang aktivitas Rohingya yang enggan disebut namanya menuturkan kepada AFP bahwa 12 wanita dan dua anak-anak ditemukan tewas. Menurut aktivitas itu, kapal tersebut mengangkut orang-orang dari Buthidaung, Maungdaw dan Sittwe di Myanmar.
Para korban selamat menuturkan kepada kelompok penyelamat bahwa ada 61 orang di dalam kapal tersebut sebelum terbalik. Sekitar 12 orang lainnya dilaporkan masih hilang.
Thun Shwe menambahkan bahwa para korban selamat kini ditahan di kantor polisi Pathein. Tidak diketahui pasti apakah mereka akan dijerat dakwaan pidana atau tidak -- namun terkadang pengungsi Rohingya yang kedapatan kabur dari Myanmar dijerat pidana.
"Tragedi terkini menunjukkan sekali lagi putus asa yang dirasakan oleh Rohingya di Myanmar dan di kawasan," sebut Direktur UNHCR untuk kawasan Asia dan Pasifik, Indrika Ratwatte.
(nvc/idh)