Rendahnya Angka Kematian Akibat Corona di China Jadi Pertanyaan

Rendahnya Angka Kematian Akibat Corona di China Jadi Pertanyaan

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 26 Apr 2022 15:10 WIB
Residents stand on a street waiting for nucleic acid test during lockdown amid the coronavirus disease (COVID-19) pandemic, in Shanghai, China, April 17, 2022. REUTERS/Aly Song
Situasi pandemi Corona di Shanghai, kota terbesar di China (dok. REUTERS/ALY SONG)
Beijing -

Dua tahun pandemi virus Corona (COVID-19) berlangsung, kemunculan wabah-wabah baru COVID-19 di China memicu banyak pertanyaan. Salah satunya soal bagaimana China menghitung angka kematian akibat Corona dan mengapa angka kematian akibat Corona tetap rendah meskipun jumlah kasus baru terus meningkat.

Seperti dilansir AFP, Selasa (26/4/2022), Shanghai yang merupakan kota terbesar di China mencatatkan 109 kematian dari total 520.000 kasus Corona lebih selama nyaris dua bulan terakhir -- sebagian kecil dari tingkat wabah yang dipicu varian Omicron di belahan dunia lainnya.

Angka itu diklaim oleh Partai Komunis yang berkuasa di China sebagai bukti bahwa pendekatan ketat nol-COVID telah berhasil. Namun, para pakar menyebut data itu sendiri tidak mewakili keseluruhan situasi pandemi di China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana China menghitung angka kematian akibat Corona?

Shanghai -- kota paling terdampak gelombang Corona terkini di China -- telah mencatat tingkat kematian kasus (CFR) sebesar 0,036 persen, atau yang berarti ada 36 kematian setiap 100.000 orang yang terinfeksi sejak 1 Maret lalu.

ADVERTISEMENT

China berhasil menekan kasus Corona domestik hingga ke level rendah sebelum wabah terbaru mencuat. Meskipun demikian, angka kematian masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang dipuji sebagai kisah sukses COVID-19.

"Jika Shanghai memiliki CFR yang sama dengan Selandia Baru -- 0,07 persen dalam wabah Omicron terkini -- maka itu akan memicu lebih dari 300 kematian," sebut profesor kesehatan umum pada Universitas Otago di Selandia Baru, Michael Baker, kepada AFP.

China sejauh ini mencatat total kurang dari 5.000 kematian akibat Corona, meskipun melaporkan nyaris 200.000 kasus Corona dengan gejala dan lebih dari 470.000 kasus Corona tanpa gejala sejak awal pandemi.

Beberapa negara diketahui menggunakan metodologi yang berbeda untuk mengidentifikasi dan menghitung angka kematian akibat Corona, sehingga membuat perbandingan menjadi sulit.

Simak juga 'Penampakan Penduduk Beijing yang Panic Buying':

[Gambas:Video 20detik]



Apa yang ditunjukkan angka-angka itu?

Presiden Masyakarat Mikrobiologi dan Infeksi Klinis Asia Pasifik, Paul Tambyah, menyebut salah satu penjelasan soal rendahnya kematian Corona di China adalah pemerintahannya 'sangat ketat soal klasifikasi kematian terkait COVID'.

Komisi kesehatan China menuturkan kepada AFP bahwa pihaknya menghitung angka kematian berdasarkan orang-orang yang terinfeksi yang meninggal tanpa terlebih dahulu sembuh dari COVID-19.

Itu membuka kemungkinan bahwa para pasien dengan penyakit bawaan yang diperburuk kondisinya oleh Corona, akan dikesampingkan sebagai kematian akibat Corona jika mereka meninggal akibat penyakit itu setelah memenuhi kriteria untuk kesembuhan COVID-19.

Faktor lainnya bisa jadi akibat kebijakan tes massal Corona yang agresif di China, yang yang mungkin mengungkap lebih banyak penularan dibandingkan negara-negara lainnya, seperti India yang kekurangan tes Corona.

"Peluang Anda dinyatakan positif tapi asymptomatic (tanpa gejala) dan merupakan kasus ringan, sangat tinggi," sebut spesialis penyakit menular pada Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura, Leong Hoe Nam, kepada AFP.

Disebutkan Leong bahwa kondisi itu mendorong turun angka kematian keseluruhan. Namun, menurut Leong, akan 'selalu ada kesenjangan antara kasus-kasus yang teridentifikasi dan dilaporkan, dan orang-orang yang sakit dan meninggal akibat infeksi ini'.

Angka kematian dari wabah Corona di Wuhan sejak awal pandemi telah direvisi naik hingga 50 persen oleh otoritas China.

Profesor epidemiologi pada Universitas Toronto, Prabhat Jha, menyebut angka kematian keseluruhan dari wabah terkini bisa menjadi 'jumlah yang sangat besar' karena besarnya jumlah warga lanjut usia (lansia) yang belum divaksinasi dan rendahnya efikasi vaksin Corona.

Apa penjelasan resmi dari pemerintah China?

Pakar epidemiologi terkemuka China, Wu Zunyou, mengaitkan angka kematian yang rendah dengan strategi pendeteksian dini melalui tes Corona massal.

"Menjaga skala wabah seminimal mungkin akan sepenuhnya menghindari kematian yang disebabkan oleh tekanan terhadap sumber daya medis," sebut Wu.

Beijing juga memanfaatkan rendahnya angka kematian sebagai dukungan atas kebijakan Corona yang ketat, dengan mengklaim telah menempatkan kehidupan manusia di atas kebebasan, tidak seperti negara-negara Barat yang mencatat lebih banyak angka kematian.

Ditambahkan oleh pakar patrologi pada Universitas Washington, Mai He, bahwa datanya 'sangat dipengaruhi secara politik'.

Bagaimana dengan kematian berlebih?

"Ukuran terbaik kami untuk kekurangan penghitungan COVID datang dari membandingkan kematian akibat COVID dengan kematian berlebih," sebut penasihat teknis untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Ariel Karlinsky, yang juga berasal dari Universitas Hebrew Yerusalem.

Itu berarti akan membandingkan kematian yang dikaitkan dengan semua penyebab selama pandemi dengan angka-angka dari tahun-tahun sebelum pandemi.

Karlinsky menyebut China 'gelisah' soal angka tersebut, dengan data yang lebih detail hanya dibagikan kepada 'peneliti tertentu'.

Prabhat Jha menyebut perkiraan sebelumnya dari China yang dipublikasikan dalam jurnal medis internasional BMJ menunjukkan kematian jangka pendek yang berlebih di Wuhan, namun tidak di wilayah China lainnya yang sesuai dengan narasi resmi kematian.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads