Prancis mengirimkan sejumlah artileri berat ke Ukraina yang masih terus menghadapi invasi Rusia. Pengiriman ini diumumkan saat semakin banyak negara Barat yang mengirimkan persenjataan berat ke Kiev untuk membantu dalam melawan pasukan Moskow.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (23/4/2022), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan pengiriman artileri berat ini dalam wawancara dengan surat kabar setempat, Ouest-France, pada Jumat (22/4) waktu setempat.
"Kita mengirimkan peralatan yang signifikan, dari Milan (rudal antitank) hingga Caesar (howitzer jenis self-propelled)" tutur Macron.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir kita harus melanjutkan rute ini. Selalu dengan garis merah bahwa kita tidak akan menjadi pihak yang berkonflik," imbuhnya.
Menteri Pertahanan (Menhan) Florence Parly mengonfirmasi via Twitter bahwa Prancis akan mengirimkan 'sejumlah meriam artileri Caesar dan ribuan peluru'.
Dirakit oleh produsen senjata milik negara Nexter, Caesar merupakan howitzer berukuran 155 mm yang terpasang pada sasis truk enam roda, yang mampu menembakkan peluru pada jarak lebih dari 40 kilometer.
Elysee Palace atau kantor kepresidenan Prancis enggan mengungkapkan lebih lanjut berapa banyak rudal dan howitzer yang akan dikirimkan Prancis, saat dihubungi AFP. Ditegaskan Elysee Palace bahwa pihaknya tidak ingin mengungkapkan 'informasi operasional'.
Simak Video 'Ekonomi Rusak, Zelensky: Ukraina Butuh Rp 100 T Setiap Bulan':
Namun ditambahkan Elysee Palace bahwa rudal antitank telah dikirimkan ke Ukraina, sedangkan howitzer baru akan dikirimkan 'dalam beberapa hari ke depan'.
Disebutkan juga bahwa sekitar 40 tentara Ukraina akan mendapatkan pelatihan di Prancis untuk menggunakan senjata-senjata berat itu mulai Sabtu (23/4) waktu setempat.
Sejumlah pejabat Ukraina termasuk Presiden Volodymyr Zelensky berulang kali meminta kepada negara-negara Eropa dan anggota NATO untuk memberikan persenjataan lebih berat, khususnya artileri, saat Rusia melancarkan serangan terbaru di wilayah Ukraina bagian timur.