Kecaman mengalir dari para pemimpin dunia untuk serangan roket yang merenggut puluhan nyawa di stasiun kereta api Kramatorsk, Ukraina. Salah satunya Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres yang menyerukan agar pelaku serangan mematikan itu dimintai pertanggungjawaban.
Seperti dilansir CNN dan AFP, Sabtu (9/4/2022), Guterres dalam pernyataannya menyebut serangan roket yang menghantam stasiun yang dipenuhi para pengungsi Ukraina itu 'sama sekali tidak bisa diterima'. Otoritas Ukraina sejauh ini melaporkan sedikitnya 52 orang tewas, termasuk lima anak, dalam serangan itu.
"Itu merupakan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional dan hukum hak asasi manusia internasional, di mana para pelaku harus bertanggung jawab," tegas Guterres dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengingatkan 'semua pihak atas kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk melindungi warga sipil dan urgensi untuk mencapai gencatan senjata kemanusiaan demi memungkinkan evakuasi yang aman dan akses kemanusiaan ke populasi yang terjebak konflik'.
Guterres dalam pernyataannya menegaskan kembali seruannya kepada semua pihak untuk 'segera mengakhiri perang brutal ini'.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga menyampaikan kecamannya dalam pernyataan via Twitter. Biden bahkan terang-terangan menuduh Rusia telah melakukan 'kekejaman mengerikan'.
"Serangan terhadap stasiun kereta Ukraina menjadi satu lagi kekejaman mengerikan yang dilakukan oleh Rusia, menyerang warga sipil yang berupaya mengungsi dan mencapai tempat aman," sebut Biden.
Secara terpisah, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut serangan terhadap stasiun kereta Ukraina yang dipenuhi pengungsi perang itu 'mengerikan'.
"Warga sipil Ukraina melarikan diri untuk menghindari yang terburuk. Senjata mereka? Kereta bayi, boneka mainan, koper. Pagi ini, di stasiun kereta Kramatorsk, keluarga-keluarga yang hendak pergi mengalami kengerian. Puluhan tewas, ratusan terluka. Mengerikan," sebut Macron dalam pernyataan pada Jumat (8/4).
Simak Video 'Stasiun KA Penuh Pengungsi Ukraina Diroket, 39 Orang Tewas':
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dalam tanggapannya menyebut serangan itu 'tidak masuk akal'. PM Johnson juga menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan kejahatan perang.
"Serangan di stasiun kereta Ukraina bagian timur menunjukkan betapa dalamnya tentara Putin yang pernah dipuja telah tenggelam," sebut PM Johnson seperti dilansir The Guardian.
"Ini adalah kejahatan perang tanpa pandang bulu untuk menyerang warga sipil. Kejahatan Rusia di Ukraina tidak akan luput dari perhatian atau tidak dihukum," tegasnya.
Kecaman juga disampaikan oleh Turki yang menyatakan 'sangat sedih' atas serangan roket di stasiun Ukraina yang merenggut banyak nyawa itu.
"Dengan kesedihan besar, diketahui bahwa puluhan orang yang menunggu dievakuasi tewas dan luka-luka (akibat serangan)," sebut Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataannya seperti dilansir AFP.
"Peristiwa tragis ini sekali lagi menunjukkan pentingnya dan urgensinya penetapan koridor-koridor kemanusiaan demi memastikan evakuasi warga sipil yang aman," tegas Kementerian Luar Negeri Turki.
Turki yang menjadi tuan rumah perundingan Rusia dan Ukraina pekan lalu, menempatkan diri sebagai penengah yang netral. "Kami dengan tegas mengulangi seruan kami untuk gencatan senjata segera dan diakhirinya perang yang menghancurkan ini," imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
Kecaman lainnya datang dari perwakilan tinggi urusan luar negeri dan kebijakan keamanan Uni Eropa, Josep Borrell. "Saya mengecam keras serangan membabi-buta pada pagi hari ini terhadap sebuah stasiun kereta di Kramatorsk oleh Rusia, yang menewaskan puluhan orang dan membuat lebih banyak lagi terluka," tegas Borrell dalam pernyataan via Twitter pada Jumat (8/4).
"Ini adalah upaya lain untuk menutup rute pelarian bagi mereka yang melarikan diri dari perang yang tidak dibenarkan ini dan menyebabkan penderitaan manusia," imbuhnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia membantah tuduhan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan terhadap stasiun di Ukraina tersebut. Rusia menyebut serangan itu sebagai 'provokasi' dari pihak Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia juga balik menuding serangan mematikan itu sebenarnya dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina sendiri, karena rudal taktis Tochka-U, yang serpihannya ditemukan di dekat stasiun kereta Kramatorsk, hanya digunakan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataannya menyebut Rusia 'jahat tanpa batas' setelah serangan roket menghantam stasiun Kramatorsk itu.