Pada 3 Februari 2021, Ebisawa dan seorang rekannya melakukan perjalanan ke Kopenhagen, Denmark, di mana seorang agen DEA dan dua polisi Denmark yang menyamar, menunjukkan kepada mereka rentetan persenjataan militer AS yang seolah-olah untuk dijual, termasuk senapan mesin dan roket antitank.
Kepada Ebisawa, mereka juga menunjukkan foto dan video rudal Stinger yang digunakan menargetkan pesawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menduga Ebisawa dan rekan-rekan konspiratornya menengahi kesepakatan dengan seorang agen DEA yang menyamar untuk memberi persenjataan berat dan menjual sejumlah besar obatan-obatan terlarang," sebut Departemen Kehakiman AS dalam pernyataannya.
"Obat-obatan itu ditujukan untuk jalanan New York, dan pengiriman persenjataan dimaksudkan untuk faksi-faksi di negara-negara yang tidak stabil," imbuh pernyataan itu.
Disebutkan juga oleh Departemen Kehakiman AS bahwa Ebisawa merupakan 'pemimpin sindikat kejahatan terorganisasi transnasional yakuza' -- merujuk pada sebutan untuk mafia Jepang.
Sementara Jullanan disebut memiliki kewarganegaraan ganda Thailand-Amerika, sedangkan Singhasiri dan Rukrasaranee merupakan warga negara Thailand. Dalam penyelidikan, Ebisawa menuturkan kepada agen DEA bahwa Jullanan merupakan seorang jenderal Angkatan Udara Thailand dan Rukrasaranee merupakan seorang pensiunan perwira militer Thailand.
Departemen Kehakiman AS tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana keempat tersangka datang ke AS ketika mereka ditangkap di New York.
(nvc/ita)