Laporan itu memicu kecaman global, termasuk dari Amerika Serikat (AS) yang menyerukan 'persidangan kejahatan perang' untuk dugaan kekejaman itu. Otoritas Ukraina bahkan menyebutnya sebagai 'genosida' yang dilakukan oleh Rusia.
Namun Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia membantah pasukan militernya terlibat dalam pembunuhan warga sipil di Bucha dan menuduh gambar-gambar mayat itu palsu yang direkayasa oleh rezim Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambahkan Zhao dalam pernyataannya bahwa China 'sangat memperhatikan kerugian yang dialami warga sipil' dan 'bersedia untuk terus bekerja dengan komunitas internasional demi menghindari kerugian sipil'.
Pernyataan Zhao ini senada dengan pernyataan Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Zhang Jun dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang digelar Selasa (5/4) waktu setempat.
Dalam forum yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam pembunuhan di kota-kota yang berhasil direbut kembali dari pasukan Rusia sebagai 'genosida' dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengusir Rusia sebagai anggota permanen.
"Agar Rusia tidak bisa memblokir keputusan soal agresinya sendiri, perangnya sendiri," cetus Zelensky.
"Jika tidak ada alternatif dan tidak ada opsi lain, maka opsi selanjutnya adalah membubarkan diri Anda semua," tegasnya merujuk pada Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara dan bertujuan memastikan perdamaian dan keamanan internasional.
(nvc/ita)