Otoritas Rusia menyebut Angkatan Bersenjata Rusia telah melumpuhkan lebih dari 3.700 fasilitas infrastruktur militer Ukraina dalam apa yang disebutnya 'operasi militer khusus' sejak 24 Februari lalu. Rusia juga mengklaim berhasil menembak jatuh sebuah jet tempur dan belasan drone Ukraina dalam sehari terakhir.
"Secara keseluruhan, 3.736 fasilitas infrastruktur militer Ukraina telah dinonaktifkan selama operasi," sebut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS News Agency, Senin (14/3/2022).
Dalam pernyataannya, Konashenkov merinci bahwa 100 pesawat dan 139 kendaraan udara tanpa awak (UAV) milik Ukraina, kemudian 1.234 tank dan kendaraan lapis baja lainnya, 122 sistem roket multiple-launch, 452 senjata artileri dan mortir dan 1.013 unit perangkat keras khusus militer telah dihancurkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambahkan Konashenkov dalam pernyataannya pada Minggu (13/3) waktu setempat bawa sebuah jet tempur Su-24 dan 11 unit drone milik Ukraina berhasil ditembak jatuh oleh pesawat-pesawat tempur Rusia dan sistem pertahanan udara selama sehari terakhir.
"Pada 13 Maret, sistem pertahanan udara dan penerbangan Rusia menembak jatuh sebuah pesawat Su-24 milik Angkatan Udara Ukraina di dekat permukiman Novy Bykov dan 11 kendaraan udara tanpa awak, termasuk dua Bayraktar," demikian pernyataan Konashenkov.
Menurut Konashenkov, pesawat-pesawat tempur Rusia berhasil menghantam 46 fasilitas militer Ukraina. "Termasuk tiga pusat kontrol, satu sistem peluncur rudal ganda, dua depot amunisi dan 33 lokasi pengerahan perangkat keras militer," imbuhnya.
Saat memerintahkan pengerahan pasukan ke Ukraina pada 24 Februari lalu, Presiden Vladimir Putin menyebutnya sebagai 'operasi militer khusus' yang merespons permintaan kepala republik di Donbass, Ukraina bagian timur.
Simak Video 'Alasan Rusia Hancurkan Pangkalan Militer Ukraina Dekat Perbatasan Polandia':
Putin menyebut oeprasi militer itu bertujuan melindungi orang-orang 'yang menderita dari pelanggaran dan genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun'. Ditekankan juga oleh Putin bahwa Rusia tidak berniat menduduki wilayah Ukraina, namun bertekad melakukan 'denazifikasi dan demiliterisasi' Ukraina.
Otoritas Rusia juga berulang kali menegaskan tidak menargetkan kota-kota Ukraina dan tidak ada ancaman terhadap populasi sipil. Namun pada praktiknya, tidak sedikit korban sipil yang dilaporkan berjatuhan dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti dilansir CNN, menyebut sedikitnya ada 1.581 korban sipil akibat invasi Rusia ke Ukraina. Dari angka itu, sedikitnya 579 warga sipil dilaporkan tewas, dengan 42 orang di antaranya merupakan anak-anak. Sekitar 1.002 warga sipil lainnya dilaporkan luka-luka.