Pengkritik Kremlin yang tengah dipenjara, Alexei Navalny, mendorong warga Rusia untuk menggelar aksi memprotes invasi ke Ukraina setiap hari. Navalny menegaskan bahwa Rusia tidak seharusnya menjadi 'bangsa pengecut yang ketakutan'.
"Kita -- Rusia -- ingin menjadi negara yang damai. Sangat disayangkan, sedikit orang yang akan menyebut kita dengan itu sekarang," tulis Navalny dalam pesannya via media sosial, seperti dilansir BBC dan AFP, Rabu (2/3/2022).
"Tapi setidaknya jangan sampai kita menjadi negara dengan orang-orang yang diam karena ketakutan. Para pengecut yang berpura-pura tidak menyadari perang agresif terhadap Ukraina yang dilancarkan oleh tsar kita yang jelas-jelas gila," imbuhnya. Dia menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai 'tsar yang gila'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Navalny diketahui tengah ditahan di penjara dengan keamanan maksimum di sebelah timur Moskow. Bulan lalu dia disidang atas rentetan dakwaan baru yang bisa membuatnya mendekam di penjara selama lebih dari satu dekade.
"Saya mendorong semua orang untuk turun ke jalanan dan berjuang untuk perdamaian," cetus Navalny, sembari menyerukan warga Rusia untuk tidak takut dipenjara.
"Jika, untuk mencegah perang, kita perlu memenuhi penjara dan mobil van polisi, maka kita akan memenuhi penjara dan mobil van polisi," sebutnya. "Semuanya memiliki harga dan sekarang, musim semi tahun 2022, kita harus membayar harga itu," imbuhnya.
Tonton Video: Jerman Tegaskan NATO Tak Akan Serang Rusia!
Lebih lanjut, Navalny mendorong warga Rusia dan Belarusia -- yang membuka wilayahnya untuk pasukan Rusia yang menginvasi Ukraina -- untuk berunjuk rasa di alun-alun utama atau pusat kota setiap hari kerja mulai pukul 19.00 waktu setempat dan setiap akhir pekan juga hari libur mulai pukul 14.00 waktu setempat.
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi," cetusnya.
Dalam pernyataannya, Navalny menuduh Putin menggunakan 'omong kosong soal sejarah semu' untuk membenarkan invasi ke Ukraina. "Saya tidak bisa, tidak mau, dan tidak akan tinggal diam, menyaksikan omong kosong sejarah semu soal peristiwa 100 tahun lalu yang menjadi alasan bagi Rusia untuk membunuh warga Ukraina, dan mereka, yang membela diri, membunuh warga Rusia," ucapnya.
"Putin bukan Rusia," tegas Navalny.