Kecaman terus menghujani Rusia yang tengah melancarkan invasi militer ke Ukraina, negara tetangganya. Prancis dan Jerman kompak menyebut invasi militer ini sebagai upaya Presiden Vladimir Putin untuk menghapus Ukraina dari peta dunia.
"Ini perang total. Putin telah memutuskan ... untuk menghapus Ukraina dari peta negara-negara," cetus Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis, Jean-Yves Le Drian, dalam pernyataan kepada radio France Inter, seperti dilansir AFP, Jumat (25/2/2022).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Kanselir Jerman, Olaf Scholz, yang menegaskan tidak ada pembenaran untuk invasi militer yang diperintahkan Putin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah serangan terhadap negara yang merdeka dan berdaulat. Tidak ada dan tidak seorangpun bisa memberikan pembenaran untuk ini. Ini merupakan upaya untuk secara paksa memindahkan perbatasan di Eropa, bahkan mungkin menghapus keseluruhan negara itu dari peta dunia," sebut Scholz.
Scholz menegaskan bahwa Putin akan bertanggung jawab sepenuhnya atas keputusannya menginvasi Ukraina, sebuah negara merdeka.
"Dia (Putin-red) sendiri, bukan rakyat Rusia, yang memilih perang ini. Dia sendiri yang memikul tanggung jawab penuh untuk ini. Ini adalah perangnya Putin," ucapnya.
"Dengan serangan ke Ukraina, Presiden Putin ingin memutar kembali waktu -- tapi tidak ada jalan kembali ke abad ke-19 ketika kekuatan besar memutuskan untuk negara-negara kecil," imbuh Scholz.
Tentara Rusia melancarkan serangan komprehensif terhadap Ukraina sejak Kamis (24/2) pagi waktu setempat, yang membawa ledakan dan memicu sirene berbunyi di ibu kota Kiev dan kota-kota Ukraina lainnya. Otoritas Ukraina menyebut bahwa sedikitnya 137 tentara Ukraina tewas sejak invasi Rusia dimulai dan sekitar 316 tentara lainnya mengalami luka-luka.
Simak Video 'Serang Ukraina, Putin Dicurigai Ingin Membangun Kembali Kekaisaran Soviet':