Dubes Ukraina Desak China Minta Putin Setop Invasi

Dubes Ukraina Desak China Minta Putin Setop Invasi

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Jumat, 25 Feb 2022 14:28 WIB
Smoke and flame rise near a military building after an apparent Russian strike in Kyiv, Ukraine, Thursday, Feb. 24, 2022. Russian troops have launched their anticipated attack on Ukraine. Big explosions were heard before dawn in Kyiv, Kharkiv and Odesa as world leaders decried the start of an Russian invasion that could cause massive casualties and topple Ukraines democratically elected government. (AP Photo/Efrem Lukatsky)
Asap dan api membumbung tinggi di dekat bangunan militer Ukraina (Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky)
Tokyo -

Duta Besar (Dubes) Ukraina untuk Jepang mendesak China mendukung upaya internasional untuk menghentikan invasi Rusia ke negaranya. China diharapkan dapat berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin agar segera menghentikan invasi.

Berbeda dengan negara-negara lainnya, China tak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan enggan menyebutnya sebagai 'invasi'. Bahkan China menuduh Amerika Serikat (AS) sebagai pemicu ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

"Kami akan sangat menyambut baik jika China menggunakan koneksinya dengan Rusia dan berbicara dengan Putin dan menjelaskan kepadanya bahwa tidak pantas di abad ke-21 ini untuk melakukan 'pembantaian' ini di Eropa," kata Dubes Ukraina, Sergiy Korsunsky dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang dilansir kantor berita Associated Press, Jumat (25/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya yakin China dapat memainkan peran yang jauh lebih aktif untuk bekerja dengan Putin dengan cara yang kami harapkan dilakukan oleh negara-negara beradab," katanya.

Korsunsky juga meminta dukungan dari AS dan sekutunya untuk menyediakan peralatan pertahanan anti-rudal untuk menangkal serangan rudal jelajah Rusia. Dia mengatakan Ukraina ingin bergabung dengan NATO dan menyerukan dukungannya dalam menyelesaikan konflik.

ADVERTISEMENT

Diketahui panasnya kondisi Ukraina bermula dari seruan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Putin mengumumkan militernya akan melangsungkan 'operasi' ke Ukraina pada Kamis (24/2) pagi waktu setempat.

Putin berdalih operasi militer Rusia dimaksudkan untuk membela wilayah separatis di timur Ukraina (Donetsk dan Luhansk) dari "genosida" dan memperingatkan Barat tentang "konsekuensi yang mengerikan" jika turut ikut campur dengan urusan Rusia.

Pasca pengumuman tersebut, serangan udara dan artileri sahut-menyahut di berbagai sudut Ukraina. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuduh Putin meluncurkan "invasi skala penuh".

Pasukan darat Rusia menyerbu Ukraina dari sejumlah lokasi. Mereka menerobos ke wilayah utara Kiev, menyerang posisi Ukraina dengan rudal Grad.

Tank berat Rusia dan peralatan militer lainnya juga melintasi perbatasan di semenanjung Krimea. Ada pula yang masuk di sepanjang front timur, di mana pemberontak separatis merenggut lebih dari 14 ribu nyawa sejak 2014 silam.

Akibat invasi Rusia ke Ukraina, UNHCR menyebut sekitar 100.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Ukraina. Ribuan orang lainnya pergi ke luar negeri.

"Kami meyakini ada sekitar 100.000 orang yang telah meninggalkan rumah mereka dan mungkin mengungsi di dalam negeri, dan beberapa ribu lainnya telah melintasi perbatasan internasional," kata juru bicara UNHCR Shabia Mantoo kepada AFP.

Simak Video 'AS-NATO Kecam Rusia Usai Serang Ukraina, China Pihak Mana?':

[Gambas:Video 20detik]



(izt/izt)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads