China Sebut AS Melebih-lebihkan Ancaman Rusia ke Ukraina

China Sebut AS Melebih-lebihkan Ancaman Rusia ke Ukraina

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 16 Feb 2022 19:16 WIB
In this image taken from video provided by the Russian Defense Ministry Press Service, a pair of Tu-95 strategic bombers of the Russian air force are parked at an air base in Engels near the Volga River in Russia, Monday, Jan. 24, 2022. Russia has intensified military drills amid tensions with the West over the buildup of an estimated 100,000 Russian troops near Ukraine that fueled Western fears of an invasion. (Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Ilustrasi -- Latihan militer Rusia di tengah ketegangan dengan negara Barat soal Ukraina (dok. Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Beijing -

Pemerintah China turut memberikan komentar terkait ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), terkait Ukraina. China menuduh AS telah 'melebih-lebihkan ancaman perang dan menciptakan ketegangan'.

Komentar China ini disampaikan setelah Presiden Joe Biden dalam pidato terbarunya memperingatkan bahwa lebih dari 150.000 tentara Rusia masih berkumpul di dekat perbatasan Ukraina, setelah Rusia mengumumkan penarikan sebagian pasukannya. Demikian seperti dilansir Reuters, Rabu (16/2/2022).

Negara-negara Barat menyarankan pengendalian senjata dan langkah membangun kepercayaan untuk meredakan ketegangan, yang mendorong mereka untuk mengimbau warganya masing-masing untuk segera meninggalkan Ukraina karena serangan diprediksi bisa terjadi kapan saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia berulang kali membantah pihak memiliki rencana untuk menginvasi negara tetangganya itu.

"Upaya memanas-manasi dan pemberian informasi keliru yang gigih seperti itu oleh sejumlah negara Barat akan menciptakan turbulensi dan ketidakpastian bagi dunia yang penuh tantangan, dan mengintensifkan penderitaan dan perpecahan," sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam konferensi pers di Beijing.

ADVERTISEMENT

"Kami berharap pihak-pihak terkait akan menghentikan kampanye informasi keliru dan lebih banyak hal-hal yang memberikan perdamaian, rasa saling percaya dan kerja sama," imbuhnya.

Simak Video 'Sederet Ancaman Biden ke Rusia Jika Invasi Ukraina':

[Gambas:Video 20detik]



China telah dikritik oleh beberapa pemimpin negara Barat, termasuk Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, atas sikapnya terhadap krisis Ukraina

"Kepemimpinan kedua kepala negara, China dan Rusia, selalu bekerja untuk mengembangkan hubungan bertetangga yang baik dalam jangka panjang dan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan atas dasar non-aliansi, non-konfrontasi dan tanpa menargetkan negara ketiga," ujar Wang.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya menegaskan negaranya tidak menginginkan perang terjadi di Eropa. Penegasan itu disampaikan Putin setelah bertemu Kanselir Jerman, Olaf Scholz, yang berkunjung ke Moskow dalam upaya meredakan ketegangan.

Saat ditanya wartawan DW soal kemungkinan terjadinya perang, Putin menegaskan bahwa: "Kami tidak ingin perang di Eropa."

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads