Pemimpin eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, menyatakan bahwa fasilitas medis di wilayahnya telah kelebihan beban akibat 'serangan hebat' penularan virus Corona (COVID-19). Kenaikan kasus varian Omicron dilaporkan mengancam untuk membuat kebijakan 'nol-COVID' gagal.
Seperti dilansir AFP, Senin (14/2/2022), otoritas Hong Kong mematuhi kebijakan China daratan untuk membasmi wabah Corona terkecil sekalipun dengan karantina massal, pelacakan kontak secara luas, dan langkah social distancing berkelanjutan sejak awal pandemi.
Namun varian Omicron yang sangat menular menembus pertahanan China pada akhir Desember lalu, yang memicu lebih dari 8.000 kasus dalam beberapa pekan saja. Para peneliti memperingatkan bahwa jumlah kasus harian bisa melebihi 25.000 kasus bulan depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara tingkat infeksi tetap rendah dibanding kota-kota besar lainnya di dunia, kebijakan Hong Kong untuk mengirimkan kasus tanpa gejala ke rumah sakit dan fasilitas karantina telah membuat tempat tidur perawatan penuh terisi dan masa tunggu menjadi lama.
"Serangan hebat gelombang kelima epidemi ini telah memberikan pukulan berat bagi Hong Kong dan membuat kewalahan kapasitas penanganan kota ini," sebut Lam dalam pernyataan yang dirilis Minggu (13/2) waktu setempat.
Lam menyatakan bahwa lonjakan kasus telah meningkatkan masa tunggu 'untuk menerima orang-orang yang dinyatakan positif (Corona) ke fasilitas isolasi'.
Dipenuhi oleh para pasien yang mengantre untuk tes Corona sepanjang pekan lalu, rumah-rumah sakit di Hong Kong pada Minggu (13/2) waktu setempat memberitahu orang-orang yang 'dalam kondisi stabil atau memiliki gejala ringan' untuk tetap berada di rumah.
Lihat Video: Termasuk Hong Kong, 11 Negara Ini Dilarang Masuk RI karena Omicron