Ketegangan Rusia vs Ukraina Belum Reda, Australia Evakuasi Staf Kedutaan

Ketegangan Rusia vs Ukraina Belum Reda, Australia Evakuasi Staf Kedutaan

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Minggu, 13 Feb 2022 13:14 WIB
PM Scott Morrison Batalkan Rencana Usia Pensiun 70 Tahun di Australia
PM Australia Scott Morrison (Foto: Australia Plus ABC)
Jakarta -

Australia telah mengevakuasi seluruh staf Kedutaan Besarnya yang tersisa di Kyiv, Ukraina. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Australia Scott Morrison ketika Rusia terus membangun pasukan di perbatasannya dengan Ukraina.

Dilansir AFP, Minggu (13/2/2022) evakuasi dilakukan setelah hal serupa dilakukan sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada setelah diplomasi melalui telepon dengan Rusia gagal meredakan ketegangan regional yang meningkat di Ukraina.

Rusia hampir mengepung Ukraina dengan mengerahkan lebih dari 100.000 tentaranya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PM Morrison mengatakan Australia akan mengalihkan operasinya ke Lviv, sebuah kota yang dekat dengan perbatasan Ukraina dengan Polandia, berjarak sekitar 540 kilometer (336 mil) Kyiv.

Dia mengatakan tiga staf kedutaan yang tersisa di Kyiv telah mebantu banyak warga Australia (di Ukraina), di mana banyak dari mereka memiliki kewarganegaraan ganda. Morrison juga menjelaskan situasi Ukraina yang kian berbahaya.

ADVERTISEMENT

"Situasinya, seperti yang Anda semua dengar, memburuk, dan mencapai tahap yang sangat berbahaya," katanya.

Morrison juga mengecam "tindakan otokratis, sepihak Rusia" dengan mengerahkan lebih dari 100 ribu tentaranya di sekitar Ukraina. Tak hanya itu, Morrison juga mengkritik China karena "tetap diam terhadap pasukan Rusia yang berkumpul di perbatasan Ukraina".

"Koalisi otokrasi yang kita lihat, berusaha untuk menggertak negara lain, bukanlah sesuatu yang Australia pernah ambil posisi ringan," kata Morrison.

Adapun Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengulangi seruan agar warga Australia segera meninggalkan Ukraina. Payne memperingatkan kondisi keamanan di Ukraina dapat berubah dalam waktu singkat.

Ketegangan meningkat setelah AS memperingatkan bahwa invasi habis-habisan dapat dimulai "kapan saja" dan Rusia meluncurkan latihan angkatan laut terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir di Laut Hitam.

AS juga memprediksi bahwa invasi Rusia terhadap Ukraina mungkin diawali dengan pengeboman udara yang berpotensi menewaskan warga sipil. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, menuturkan kepada wartawan di Washington DC bahwa serangan oleh lebih dari 100.000 tentara Rusia yang kini dikumpulkan di dekat perbatasan Ukraina 'bisa terjadi kapan saja sekarang'.

Secara terpisah, dinas intelijen militer Norwegia memperingatkan bahwa Rusia secara operasional sudah siap melancarkan operasi militer secara luas terhadap Ukraina dan bahwa invasi Rusia hanya tinggal menunggu perintah Presiden Vladimir Putin.

Dalam pernyataannya, Sullivan menekankan belum diketahui apakah Putin telah mengambil keputusan karena 'kita tidak bisa memprediksi penentuan yang tepat'. Namun Sullivan menyatakan bahwa AS bersiap menghadapi situasi terburuk, termasuk adanya 'serangan cepat' ke ibu kota Kiev di Ukraina.

"Jika serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, kemungkinan akan dimulai dengan pengeboman udara dan serangan rudal yang jelas bisa menewaskan warga sipil," cetus Sullivan.

Halaman 3 dari 2
(izt/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads