Ketegangan di Ukraina semakin memuncak. Invasi Rusia terhadap Ukraina digadang-gadang telah berada di depan mata. Invasi itu tinggal menunggu perintah dari sang presiden, Vladimir Putin.
Kabar tersebut datang dari Norwegia. Kesiapan militer Rusia dalam melaksanakan invasi ke Ukraina disebut telah disiapkan sedemikian rupa.
Kepala Dinas Intelijen Militer Norwegia, Laksamana Madya Nils Andreas Stensones mengungkap bahwa Rusia telah siap membombardir setiap sudut Ukraina. Invasi itu bisa terjadi jika perintah Putin sudah diturunkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rusia memiliki semua yang mereka butuhkan untuk melakukan segalanya, mulai dari invasi kecil di wilayah timur hingga serangan kecil di sana-sini di Ukraina, atau invasi total, dengan, mungkin, melibatkan pendudukan seluruh atau sebagian Ukraina," ungkap Stensones, seperti dilansir AFP, Jumat (11/2/2022) waktu setempat.
"Sekarang, terserah Presiden (Vladimir) Putin untuk memilih apakah dia ingin melanjutkan atau tidak," sebutnya.
Stensones juga mengungkap bahwa sebanyak 150.000 tentara tempur sudah dikumpulkan di dekat perbatasan Ukraina. Rusia juga disebut telah menyiapkan 'persenjataan paling canggih', serta kebutuhan logistik militernya.
AS Prediksi Gempuran Rusia Diawali Serangan Udara
Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa invasi Rusia terhadap Ukraina mungkin diawali dengan pengeboman udara yang berpotensi menewaskan warga sipil. Prediksi ini diungkapkan AS setelah sebelumnya memperingatkan bahwa invasi Rusia atas Ukraina bisa terjadi kapan saja.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2), Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, menuturkan kepada wartawan di Washington DC bahwa serangan oleh lebih dari 100.000 tentara Rusia yang kini dikumpulkan di dekat perbatasan Ukraina 'bisa terjadi kapan saja sekarang'.
Sullivan juga menyatakan bahwa invasi Rusia 'bisa terjadi' sebelum Olimpiade Musim Dingin di Beijing, China, berakhir pada 20 Februari mendatang. Pernyataan itu menepis spekulasi yang menyebut Kremlin tidak akan memicu konflik saat Olimpiade Musim Dingin berlangsung karena akan merugikan China, sekutu dekatnya.
Ditegaskan Sullivan bahwa skenario serangan dalam waktu dekat menjadi 'kemungkinan yang sangat, sangat jelas'.
Secara terpisah, dinas intelijen militer Norwegia memperingatkan bahwa Rusia secara operasional sudah siap melancarkan operasi militer secara luas terhadap Ukraina dan bahwa invasi Rusia hanya tinggal menunggu perintah Presiden Vladimir Putin.
Dalam pernyataannya, Sullivan menekankan belum diketahui apakah Putin telah mengambil keputusan karena 'kita tidak bisa memprediksi penentuan yang tepat'. Namun Sullivan menyatakan bahwa AS bersiap menghadapi situasi terburuk, termasuk adanya 'serangan cepat' ke ibu kota Kiev di Ukraina.
"Jika serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, kemungkinan akan dimulai dengan pengeboman udara dan serangan rudal yang jelas bisa menewaskan warga sipil," cetus Sullivan.
Selengkapnya di halaman berikutnya
Simak Video: Lebih dari 30 Armada Laut Rusia Latihan di Selatan Ukraina
AS Kirim 3.000 Tentara Tambahan ke Polandia
Amerika Serikat (AS) mengirimkan 3.000 tentara tambahan ke Polandia saat semakin memuncaknya ketegangan terkait Ukraina. Pengiriman tentara tambahan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan keamanan terhadap sekutu-sekutu NATO di tengah kekhawatiran Rusia menginvasi Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2), sebanyak 3.000 tentara AS yang berasal dari Divisi Lintas Udara ke-82, yang merupakan pasukan reaksi cepat utama dalam militer AS, telah ditempatkan dalam kondisi siaga sejak akhir Januari lalu atas permintaan Presiden Joe Biden.
Biden ingin menunjukkan dukungan untuk sekutu-sekutu AS di kawasan Eropa Timur dalam menghadapi potensi agresi militer oleh Rusia.
Pembicaraan Langka Jenderal TOP AS-Rusia
Dua jenderal top Amerika Serikat (AS) dan Rusia saling berbicara via telepon di tengah ketegangan soal Ukraina. Percakapan telepon antara kedua jenderal ini tergolong langka.
Dilansir dari AFP, Sabtu (12/2), Pentagon mengungkap Jenderal Mark Milley yang menjabat Kepala Staf Gabungan AS dan Jenderal Valery Gerasimov yang menjabat Kepala Staf Jenderal Rusia saling berbicara via telepon pada Jumat (11/2) waktu setempat.
Namun, topik pembahasan kedua jenderal militer itu dirahasiakan dari media. Meski demikian, pembicaraan telepon itu dilakukan setelah AS memperingatkan Rusia berpotensi menginvasi Ukraina dalam hitungan hari.
"Membahas beberapa masalah terkait keamanan yang menjadi kekhawatiran," sebut juru bicara Kepala Staf Gabungan AS, Kolonel Dave Butler, dalam pernyataannya.
"Sesuai dengan praktik sebelumnya, keduanya sepakat untuk merahasiakan detail spesifik dari percakapan mereka," imbuhnya
Warga Ukraina Diimbau Tak Panik
Otoritas Ukraina mengimbau warganya untuk tetap tenang dan menghindari kepanikan dalam menghadapi kekhawatiran yang meningkat soal Rusia bersiap menginvasi negara tetangganya itu. Terlebih Amerika Serikat (AS) baru saja memperingatkan bahwa invasi Rusia bisa terjadi kapan saja sekarang.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2), imbauan tetap tenang itu disampaikan sehari setelah AS dan negara-negara Eropa menyerukan warganya untuk segera meninggalkan Ukraina karena semakin meningkatnya bahaya serangan skala penuh oleh militer Rusia terhadap negara bekas Soviet itu.
"Saat ini, sangat penting untuk tetap tenang, untuk mengkonsolidasikan diri di dalam negeri, untuk menghindari tindakan destabilisasi dan mereka yang menebar kepanikan," cetus Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam pernyataannya.