Amerika Serikat (AS) berencana membuka kembali Kedutaan Besarnya di Kepulauan Solomon yang ditutup selama 29 tahun terakhir. Langkah ini dinilai menjadi upaya AS dalam menangkal pengaruh China yang meluas dengan cepat di negara kepulauan Pasifik yang bermasalah secara politik tersebut.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2/2022), Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken mengumumkan langkah pembukaan kembali Kedutaan Besar di Solomon itu dalam kunjungannya ke Fiji. Dia menggelar pertemuan virtual dengan 18 pemimpin pulau-pulau Pasifik untuk menekankan perhatian AS ke kawasan tersebut dalam upaya membatasi China memperluas pengaruhnya.
AS diketahui menutup Kedutaan Besarnya di ibu kota Honiara, Kepulauan Solomon, tahun 1993 lalu, dan sekarang hanya memiliki konsulat di sana yang diarahkan dari Kedutaan Besar AS di Port Moresby, Papua Nugini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah ini diumumkan beberapa bulan setelah kerusuhan pecah di Kepulauan Solomon yang berpenduduk 800 ribu jiwa itu pada November tahun lalu. Saat itu, para demonstran menyerbu gedung parlemen dan melakukan kerusuhan selama tiga hari, termasuk membakar sebagian besar area Pecinan di Honiara.
Kerusuhan itu dipicu oleh oposisi dari Perdana Menteri (PM) veteran, Manasseh Sogavare, dan sebagian didorong oleh kemiskinan, pengangguran dan pertikaian antarpulau, namun sentimen anti-China juga berperan.
Para pejabat AS mengaku secara khusus mengkhawatirkan berkembangnya pengaruh China di Solomon. Pada Desember tahun lalu, otoritas China menyatakan akan mengirimkan penasihat kepolisian dan peralatan antihuru-hara ke Solomon saat pasukan penjaga perdamaian asing mulai meninggalkan negara tersebut usai dikerahkan saat kerusuhan melanda.
Simak juga 'Rusuh-Penjarahan di Solomon, Pemerintah Minta Bantuan Australia':
Muncul subplot terkait kerusuhan pada November lalu, yang menyebut kerusuhan itu merupakan upaya PM Sogavare untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan China setelah tiba-tiba memutuskan hubungan sejak lama dengan Taiwan tahun 2019 lalu.
Pemerintah Solomon menyatakan pada Desember lalu bahwa pihaknya menerima tawaran China agar enam 'petugas penghubung' dihadirkan untuk melatih satuan kepolisiannya dan pengiriman peralatan antihuru-hara termasuk tameng, helm pelindung, tongkat pemukul dan alat-alat yang tidak mematikan lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, China meningkatkan tekanan untuk mengisolasi Taiwan secara internasional, termasuk dengan membuat delapan negara mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei kepada Beijing sejak tahun 2016.