Otoritas China menempatkan sebuah kota berpenduduk 3,5 juta jiwa, yang terletak di dekat perbatasan Vietnam, di bawah lockdown mulai Senin (7/2) waktu setempat. Lockdown ditetapkan setelah terdeteksi 70 kasus Corona terdeteksi dalam tiga hari terakhir di kota tersebut.
Seperti dilansir AFP, Senin (7/2/2022), China menjadi satu-satunya kekuatan ekonomi utama dunia yang masih mempertahankan kebijakan nol COVID. Beberapa waktu terakhir, China yang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin tengah waspada tinggi untuk kemunculan wabah baru Corona.
Otoritas setempat di kota Baise, wilayah Guangxi bagian selatan, mengumumkan pada Minggu (6/2) waktu setempat bahwa tidak seorangpun diperbolehkan meninggalkan kota tersebut. Warga sejumlah distrik di kota Baise juga diperintahkan tetap berada di rumah selama lockdown berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengendalian lalu lintas di seluruh kota akan diberlakukan," sebut Wakil Wali Kota Baise, Gu Junyan, dalam konferensi pers.
"Pada prinsipnya, kendaraan dan orang-orang tidak bisa masuk atau keluar dari kota itu... dengan kontrol personel ketat diterapkan dan tidak ada pergerakan orang-orang yang tidak diperlukan," imbuhnya.
Selain menerapkan lockdown, tes Corona massal juga dilakukan terhadap warga setempat.
Sementara warga yang tinggal di area yang lebih kecil di pinggiran yang masuk yurisdiksi Baise juga diperintahkan untuk tetap berada di rumah, dengan yang lainnya tidak boleh meninggalkan distrik masing-masing.
Baise yang berjarak 100 kilometer dari perbatasan Vietnam, menemukan kasus lokal Corona pertama pada Jumat (4/2) lalu dari seorang pelancong yang baru pulang dari liburan Tahun Baru Imlek.
Sejak pandemi merebak, China membangun pagar kawat sepanjang perbatasan untuk menjauhkan para imigran ilegal dari Vietnam dan Myanmar, juga potensi penularan Corona lintas perbatasan.
Pada Senin (7/2) waktu setempat, China melaporkan 79 kasus baru Corona di wilayahnya, dengan 37 kasus di antaranya terdeteksi di Guangxi yang menjadi lokasi kota Baise.