Jumlah kematian di Amerika Serikat akibat pandemi COVID-19 telah melampaui 900.000 pada hari Jumat (5/2/2022) waktu setempat, di tengah penyebaran Omicron, varian virus Corona yang sangat menular.
Menurut data terbaru dari Universitas Johns Hopkins, jumlah kematian terkait virus Corona di AS telah mencapai 904.228 kematian.
Dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (5/2/2022), jumlah korban meninggal mencapai 800.000 orang pada pertengahan Desember 2021 lalu, hanya satu setengah bulan yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini artinya, data terbaru menunjukkan peningkatan lebih dari 100.000 kematian COVID-19 sejak 12 Desember tahun lalu, bertepatan dengan lonjakan kasus infeksi dan rawat inap yang dipicu oleh varian virus Omicron yang sangat menular.
Menurut angka pemerintah, kasus baru yang terkait dengan varian Omicron turun, tetapi kematian harian masih meningkat, dengan rata-rata 2.400 kematian sekarang.
"Rawat inap tetap tinggi, membuat kapasitas layanan kesehatan dan tenaga kerja kita mencapai batasnya di beberapa wilayah negara," kata Rochelle Walensky, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Kematian akibat COVID-19 biasanya terjadi beberapa minggu setelah pasien terkena virus. Karena itulah mengapa lonjakan kematian terjadi lebih lambat daripada lonjakan kasus infeksi baru.
Simak juga 'AS Pastikan Izin Vaksin Pfizer untuk Balita Lalui Prosedur Ketat':
"Hari ini, bangsa kita menandai tonggak tragis lainnya -- 900.000 nyawa warga Amerika telah hilang karena COVID-19," kata Presiden Joe Biden dalam sebuah pernyataan.
"Kami berdoa untuk orang-orang terkasih yang mereka tinggalkan, dan bersama-sama kita menjaga setiap keluarga menanggung rasa sakit ini di hati kita," imbuh Biden.
Warga Amerika Serikat terus meninggal akibat COVID-19 dalam jumlah besar karena hanya 64 persen populasi yang diimunisasi lengkap, meskipun vaksin yang sangat efektif tersedia secara luas.
Dalam pernyataannya, Biden kembali mendesak warga Amerika untuk divaksinasi.
"Vaksin dan booster telah terbukti sangat efektif, dan menawarkan tingkat perlindungan tertinggi," katanya.
Menurut angka pemerintah, Amerika Serikat memiliki kematian terkait COVID-19 terbanyak di dunia, yang diikuti kemudian oleh Brasil dan India.
Pandemi virus Corona telah menewaskan sedikitnya 5,7 juta orang di seluruh dunia sejak dimulai pada Desember 2019, menurut penghitungan terbaru AFP yang diterbitkan pada Jumat (4/2/2022).
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jumlah korban sebenarnya bisa dua hingga tiga kali lebih tinggi.