Militer Israel mencopot dua komandannya menyusul kematian seorang warga lanjut usia (lansia) keturunan Palestina-Amerika saat ditahan dalam operasi keamanan di Tepi Barat beberapa waktu lalu. Satu komandan militer Israel lainnya diberi teguran terkait insiden yang sama.
Seperti dilansir AFP, Rabu (2/2/2022), militer Israel dalam pernyataannya menyebut kematian lansia berusia 78 tahun dalam operasi tengah malam di desa Jiljilya, Ramallah bagian utara, pada 12 Januari lalu merupakan akibat dari 'kegagalan moral dan buruknya pengambilan keputusan'.
Otoritas Palestina menyambut baik penyelidikan yang dilakukan otoritas Israel terhadap kematian lansia bernama Omar Assad (78) ini. Namun juga menyerukan kepada Israel untuk menyelidiki seluruh kematian warga Palestina di tangan tentara Israel, bukan hanya yang memegang paspor Amerika Serikat (AS).
Militer Israel menyebut Assad tidak membawa kartu identitas dan 'menolak bekerja sama' ketika dicegat tentara. Para tentara Israel mengikat tangannya dan menyumpal mulutnya, serta membawanya ke gedung terdekat bersama tiga tahanan lainnya.
Ketika tentara Israel melepaskan para tahanan, mereka mengira Assad 'tertidur' dan meninggalkannya di lokasi itu.
Hasil autopsi post-mortem, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA, menemukan fakta bahwa Assad meninggal akibat 'serangan jantung yang diakibatkan oleh stress akibat penahanan oleh tentara Israel'.
"Penyelidikan menyimpulkan bahwa insiden itu adalah peristiwa serius dan sangat disayangkan, akibat dari kegagalan moral dan pengambilan keputusan yang buruk di pihak tentara," sebut militer Israel dalam pernyataannya.
Simak video 'Kemungkinan AS Cabut Sanksi Iran Bikin Israel Ketar-ketir':
(nvc/idh)