Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) secara sengaja menciptakan skenario yang dirancang untuk memancing Rusia ke dalam perang. Putin juga menuduh negara-negara Barat mengabaikan kekhawatiran keamanan Rusia atas Ukraina.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (2/2/2022), dalam pernyataan publik langsung pertama soal krisis Ukraina dalam enam pekan terakhir, Putin tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur dari tuntutan keamanan Rusia, yang disebut Barat sebagai dalih dan alasan untuk melancarkan invasi ke Ukraina -- yang telah dibantah Moskow.
"Sudah jelas sekarang ... bahwa kekhawatiran fundamental Rusia diabaikan," ucap Putin dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, yang sedang berkunjung ke Moskow.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orban menjadi salah satu dari beberapa pemimpin NATO yang berupaya menengahi krisis Ukraina yang semakin meningkat.
Dalam pernyataannya, Putin menggambarkan sebuah skenario masa depan di mana Ukraina diterima menjadi anggota NATO dan berupaya merebut kembali Semenanjung Crimea -- wilayah yang dicaplok Rusia dari Ukraina tahun 2014 lalu.
"Mari kita bayangkan Ukraina adalah anggota NATO dan memulai operasi militer ini. Apakah kita harus beperang dengan blok NATO? Apaka ada yang memikirkan itu? Tentu saja tidak," ujar Putin.
Putin diketahui tidak membahas krisis Ukraina di depan publik sejak 23 Desember tahun lalu, yang membuat posisi pribadinya soal krisis ini cenderung ambigu. Sementara para diplomat baik dari Rusia maupun negara-negara Barat telah terlibat pembicaraan dalam beberapa putaran.
"Dalam hal ini, Ukraina sendiri hanyalah sebuah instrumen untuk mencapai tujuan ini," cetus Putin dalam pernyataannya.
"Ini bisa dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dengan menarik kami ke dalam semacam konflik bersenjata dan, dengan bantuan sekutu-sekutu mereka di Eropa, memaksakan penjatuhan sanksi-sanksi keras yang sedang mereka bahas sekarang di AS," imbuh Putin dalam tuduhannya.
Rusia telah mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara ke dekat perbatasan Ukraina dan negara-negara Barat khawatir jika Putin berencana melakukan invasi.
Otoritas Rusia berulang kali menyangkal tuduhan merencanakan invasi ke Ukraina, namun juga mengatakan bahwa pihaknya bisa mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan kecuali tuntutan keamanannya dipenuhi. Negara-negara Barat menyebut invasi apapun akan memicu sanksi-sanksi baru terhadap Ukraina.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Antony Blinken, sebelumnya dilaporkan memberitahu Menlu Rusia, Sergei Lavrov, bahwa Rusia harus menarik mundur tentaranya dari dekat perbatasan Ukraina, jika memang tidak berniat melakukan invasi.
"Jika Presiden Putin benar-benar tidak bermaksud memicu perang atau perubahan rezim, Menlu (Blinken) memberitahu Menlu Lavrov bahwa inilah saatnya untuk menarik mundur tentara dan persenjataan berat, dan terlibat dalam diskusi serius ... yang bisa meningkatkan keamanan kolektif Eropa," cetus seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, yang enggan disebut namanya, kepada wartawan setempat.