Dituduh Akan Invasi Ukraina, Rusia Tegaskan Tak Ingin Berperang

Dituduh Akan Invasi Ukraina, Rusia Tegaskan Tak Ingin Berperang

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 29 Jan 2022 11:12 WIB
FILE - A convoy of Russian armored vehicles moves along a highway in Crimea, Tuesday, Jan. 18, 2022. With tens of thousands of Russian troops positioned near Ukraine, the Kremlin has kept the U.S. and its allies guessing about its next moves in the worst Russia-West security crisis since the Cold War. (AP Photo, File)
Ilustrasi -- Konvoi kendaraan lapis baja Rusia di Crimea, yang dicaplok dari Ukraina tahun 2014 lalu (dok. AP)
Moskow -

Di tengah ketegangan yang terus meningkat soal Ukraina, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov, menegaskan negaranya tidak menginginkan perang. Namun Lavrov juga menyatakan bahwa Rusia tidak akan membiarkan kepentingannya diabaikan.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (29/1/2022), negara-negara Barat menuduh Rusia mengumpulkan 100.000 tentaranya di dekat perbatasan Ukraina dan mengancam sanksi yang belum pernah ada sebelumnya jika Rusia sungguh-sungguh menginvasi negara tetangganya itu.

"Jika itu tergantung pada Rusia, tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang," tegas Lavrov dalam wawancara dengan kepala empat stasiun radio Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami juga tidak akan membiarkan kepentingan kami diabaikan," imbuhnya.

Pernyataan itu disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) dan NATO merespons tuntutan keamanan yang dilontarkan Rusia sebagai pertukaran atas deeskalasi ketegangan terkait Ukraina. Tuntutan itu termasuk larangan Ukraina bergabung NATO dan larangan pangkalan militer baru di bekas negara-negara Soviet.

ADVERTISEMENT

Pada Kamis (27/1) waktu setempat, Rusia mengeluhkan pandangannya tidak dibahas dalam tanggapan yang diterimanya, namun tidak mengesampingkan adanya pembicaraan lanjutan.

Lihat Video: Bersiap Hadapi Invasi Rusia, Warga Ukraina Dilatih Tempur

[Gambas:Video 20detik]



Lavrov, pada Jumat (28/1) waktu setempat, menyebut respons AS mengandung 'butir-butir rasionalitas' soal isu-isu sekunder. Dia menyindir bahwa respons AS 'hampir merupakan contoh kepatutan diplomatik' sedangkan respons NATO sangat 'ideal'.

"Saya sedikit malu untuk orang-orang yang menulis teks ini," sebut Lavrov.

Lebih lanjut disebutkan Lavrov bahwa penjatuhan sanksi-sanksi Barat, termasuk langkah personal terhadap Presiden Vladimir Putin dan memotong Rusia dari sistem pembayaran SWIFT, akan 'setara dengan memutuskan hubungan' dengan Rusia.

"Saya pikir ini bukan kepentingan siapapun," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads