Inggris Dituntut Minta Maaf Atas Keterlibatan Menghasut Tragedi 1965

Inggris Dituntut Minta Maaf Atas Keterlibatan Menghasut Tragedi 1965

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 25 Jan 2022 14:23 WIB
FILE - In this file photo dated Monday, Dec. 14, 2020, the Union Flag flies on the top of 10 Downing Street, the Prime Ministers official residence in London. The British government said Wednesday March 24, 2021, the national flag should be flown every day on all public buildings, the latest move in an increasing embrace of the Union flag. (AP Photo/Alberto Pezzali, FILE)
Ilustrasi (AP Photo/Alberto Pezzali, FILE)
London -

Muncul rincian terbaru mengejutkan soal peran Inggris dalam menghasut pembantaian massal anti-komunis di Indonesia tahun 1965 silam yang menewaskan ratusan ribu orang. Pemerintah Inggris pun dituntut meminta maaf atas keterlibatannya dalam tragedi 1965 tersebut.

Seperti dilansir media terkemuka Inggris, The Guardian, Selasa (25/1/2022), tahun lalu surat kabar Inggris, The Observer, mengungkapkan bagaimana para pejabat Inggris tahun 1960-an silam secara diam-diam mengerahkan propaganda hitam untuk menghasut orang-orang Indonesia terkemuka agar menghentikan apa yang disebut sebagai 'kanker komunis'.

Diperkirakan sedikitnya 500.000 orang yang diduga terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) disingkirkan antara tahun 1965-1966 silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokumen yang baru dirilis oleh Arsip Nasional menunjukkan bagaimana para spesialis propaganda dari Kantor Luar Negeri Inggris mengirimkan ratusan pamflet bernada menghasut kepada para antikomunis di Indonesia, menghasut mereka untuk membunuh Menteri Luar Negeri saat itu, Dr Subandrio, dan mengklaim bahwa etnis Tionghoa di Indonesia pantas mendapatkan kekerasan.

Laporan The Guardian menyebut Inggris saat itu menginginkan militer dan milisi Indonesia untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno. Dia dan Subandrio dianggap terlalu dekat dengan PKI dan China yang menganut paham komunis. Disebutkan juga bahwa Inggris saat itu ingin mengakhiri Konfrontasi, kampanye militer dan politik tingkat rendah yang diluncurkan Sukarno dan Subandrio terhadap Federasi Malaysia.

ADVERTISEMENT

Pamflet-pamflet dari pertengahan tahun 1960-an yang berisi propaganda hitam Inggris disebut berulang kali menantang para antikomunis di Indonesia untuk membunuh Subandrio, yang digambarkan sebagai 'ayam' peliharaan Sukarno. Salah satu pamflet menyebutkan bahwa unggas itu -- merujuk pada Subandrio -- hanya perlu 'dipelintir lehernya; dan seluruh Indonesia akan bersuka cita'.

Ratusan pamflet juga dikirimkan kepada Muslim anti-komunis, yang mengklaim agen-agen komunis China akan mengambil alih Indonesia.

Menanggapi dokumen-dokumen itu, Soe Tjen Marching yang ayahnya disiksa dan dipenjara selama 2,5 tahun karena dicurigai menjadi anggota PKI saat itu, menyebut bahwa penargetan komunitas Tionghoa tahun 1965 memiliki 'bagian besar dalam mempertahankan kecurigaan juga diskriminasi antara China dan non-China di Indonesia'.

"Oleh karena itu, sangat mendesak bagi pemerintah Inggris untuk meminta maaf," cetus Soe yang kini menjadi dosen di Soas University of London.

Sementara Steve Alston dari organisasi HAM, Tapol, menyatakan organisasinya 'terkejut bahwa pemerintah Inggris terlibat dalam kampanye disinformasi untuk menghasut kekerasan'.

"Menghadapi bukti semacam itu, pemerintah Inggris sekarang harus berkomitmen untuk meluncurkan penyelidikan oleh penasihat independen untuk diselesaikan dalam 18 bulan," ujarnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads