Seorang petempur Taliban ditangkap karena menembak mati seorang wanita di pos pemeriksaan di Kabul, Afghanistan. Wanita itu ditembak saat baru pulang dari menghadiri acara pernikahan.
Seperti dilansir AFP, Rabu (19/1/2022), pembunuhan wanita bernama Zainab Abdullahi (25) itu memicu kengerian bagi wanita Afghanistan lainnya, yang semakin dibatasi aktivitasnya sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus tahun lalu.
Penembakan terhadap Zainab Abdullahi terjadi di wilayah Kabul yang sebagian besar dihuni anggota kelompok minoritas Syiah Hazara, yang dipersekusi oleh kelompok garis keras Sunni selama bertahun-tahun. Kelompok militan seperti Islamic State (ISIS) kerap menargetkan mereka dalam serangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan via Twitter pada Rabu (19/1) waktu setempat, juru bicara Taliban, Mohammad Naeem, mengumumkan penangkapan salah satu petempurnya yang menembak mati Zainab Abdullahi. Dia menyatakan bahwa petempur yang tidak disebut identitasnya itu akan dihukum.
Lebih lanjut, Naeem menyebut Zainab Abdullahi telah 'dibunuh secara keliru'.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, secara terpisah, menyebut keluarga Zainab Abdullahi telah ditawari ganti rugi sebesar 600 ribu Afghani atau setara Rp 81,7 juta untuk penembakan fatal pada 13 Januari di wilayah Dasht-e-Barchi, Kabul tersebut.
Beberapa aktivis hak perempuan menggelar aksi protes kecil di Kabul sejak pembunuhan Zainab Abdullahi. Mereka menuntut keadilan ditegakkan.
"Ketika kami mendengar pembunuhan Zainab, kami merasa takut. Kami takut jika kami meninggalkan rumah, kami mungkin tidak akan kembali hidup-hidup," ucap salah satu aktivis hak perempuan, yang meminta namanya dirahasiakan demi alasan keamanan.
"Pada malam hari, kami tidak bisa pergi keluar dan bahkan pada siang hari, kami tidak pergi keluar kecuali ada urusan mendesak," imbuhnya. Dia menambahkan bahwa melewati pos pemeriksaan Taliban sangat berisiko bagi perempuan.
Taliban semakin memaksakan interpretasi garis keras mereka tentang hukum Islam di Afghanistan, dan perempuan semakin disingkirkan dari kehidupan publik.
Sebagian besar sekolah menengah untuk anak perempuan ditutup, sementara wanita dilarang dari semua pekerjaan, kecuali pekerjaan penting pada pemerintahan. Perempuan juga diperintahkan tidak melakukan perjalanan jarak jauh, kecuali didampingi kerabat dekat laki-laki.
Awal bulan ini, polisi syariat Taliban memasang poster di sekeliling Kabul yang memerintahkan perempuan menutup diri. Juru bicara Kementerian Memajukan Kebajikan dan Mencegah Kejahatan menyebut perintah itu 'hanyalah dorongan bagi wanita Muslim untuk mematuhi hukum syariat'.
Taliban sebelumnya menjanjikan versi yang lebih lembut dari kepemimpinan mereka, namun pemerintahan sementara Taliban diketahui tidak menyertakan perempuan di dalamnya.