Seorang imam asal Maroko yang menyerukan 'pembakaran orang-orang Yahudi' dalam sebuah video tahun 2009, telah diusir dari Belgia. Imam itu telah dilarang dari Belgia sejak Oktober lalu karena ditetapkan sebagai ancaman keamanan nasional.
Seperti dilansir AFP, Jumat (14/1/2022), kabar pengusiran imam masjid setempat bernama Mohamed Toujgani itu pertama diberitakan oleh televisi Belgia, VRT dan dikonfirmasi secara resmi oleh Menteri Luar Negeri Belgia Urusan Suaka dan Migrasi, Sammy Mahdi.
"Pria ini mungkin penceramah paling berpengaruh di Belgia," tutur Mahdi dalam rapat di parlemen Belgia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toujgani menjadi imam Masjid Al-Khalil di Molenbeek hingga tahun lalu. Masjid tersebut merupakan salah satu tempat ibadah terbesar bagi umat Muslim di Belgia.
Pernyataan otoritas Belgia menyebut izin tinggal untuk Toujgani telah dicabut sejak 12 Oktober lalu.
"Dia (Toujgani-red) cukup kontroversial selama beberapa waktu. Tahun 2009, dia kembali menyerukan pembakaran orang-orang Yahudi," sebut pernyataan itu.
Video lama Toujgani kembali muncul tahun 2019 dan dia telah meminta maaf atas pernyataannya. Media lokal VRT menyebut Toujgani mengutip adanya 'kesalahan' dalam apa yang disebutnya 'perang' yang dikobarkan Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza.
Toujgani yang merupakan kepala Liga Imam Maroko di Belgia, berada di bawah pengawasan badan intelijen domestik Belgia.
Dalam pernyataannya, Mahdi menyebut dirinya memutuskan larangan selama 10 tahun untuk Toujgani 'atas dasar informasi dari dinas keamanan' dan 'karena tanda-tanda bahaya serius bagi keamanan nasional'.
"Kita tidak akan mentoleransi orang-orang yang memecah-belah dan mengancam keamanan nasional kita," tegasnya.
Mahdi menuturkan kepada anggota parlemen Belgia bahwa Toujgani sudah tidak berada di Belgia, meskipun dia berniat menggugat pengusirannya. Menurut VRT, Toujgani yang sudah 40 tahun tinggal di Belgia ini memiliki istri dan anak yang masih tinggal di negara tersebut.
Masjid Al-Khalil, yang terletak di distrik Molenbeek, Belgia, dikelola oleh Liga Bantuan Islamis (LEI) yang menggambarkan diri sebagai 'institusi Muslim terbesar di Belgia'. Institusi ini memiliki pusat pelatihan dan sekolah berbahasa Arab untuk 500 anak dan remaja.
Otoritas Belgia memperketat pengawasan terhadap aktivitas keagamaan di Molenbeek sejak terjadi serangan teroris mematikan di Paris dan Brussels tahun 2015-2016. Serangan itu direncanakan oleh kelompok Islamic State dan dilakukan oleh sejumlah warga Belgia.