Kazakhstan rusuh. Negara besar tanpa lautan itu menjadi palagan demonstrasi berdarah hingga Presiden membubarkan kabinetnya. Ini sejumlah faktanya.
Dihimpun detikcom dari pemberitaan AFP hingga Kamis (6/1/2022) malam, berikut adalah fakta-fakta terkait kerusuhan di Kazakhstan hingga memakan korban jiwa pihak demonstran.
1. Kenaikan harga LPG
Dilansir AFP, demonstrasi hingga kerusuhan di Kazakhstan baru-baru ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga bahan bakar (BBM), spesifiknya adalah Liquified Petroleum Gas (LPG). Kenaikan LPG berpotensi memicu kenaikan harga makanan di tengah pandemi COVID-19 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, unjuk rasa kecil digelar di Kota Zhanaozen di Mangystau, kemudian menyebar ke wilayah lain. Demonstrasi menjadi ricuh di Kota Almaty dan Provinsi Mangystau. Almaty adalah kota terbesar dan ibu kota finansial. Demonstran menuntut pengunduran diri pemerintah Kazakhstan. Kerusuhan dan kekacauan di Almaty terjadi sejak Selasa (4/1) tengah malam waktu setempat. Pemerintah sempat menurunkan harga lagi, namun demonstrasi tidak mereda.
Demonstran merasa kebijakan pemerintah tidak adil, soalnya Kazakhstan adalah negara dengan cadangan energi besar serta eksportir minyak dan gas.
Simak video 'Kerusuhan Mencekam, Orang-orang Mulai Tinggalkan Kazakhstan':
2. Pemerintah tetapkan masa darurat
Pernyataan pada situs kantor kepresidenan Kazakhstan menyebut bahwa penetapan masa darurat untuk kota Almaty dan Mangystau berlaku efektif sejak 5 Januari hingga 19 Januari mendatang.
Selama masa darurat berlangsung, jam malam akan diberlakukan di kedua wilayah itu, mulai pukul 23.00 waktu setempat hingga pukul 07.00 waktu setempat. Pergerakan keluar dan masuk kedua wilayah itu juga dibatasi selama masa darurat.
![]() |
3. Kediaman Presiden dibakar
Para pengunjuk rasa dilaporkan telah menyerbu beberapa gedung pemerintah pada hari Rabu (5/1), termasuk kantor wali kota Almaty dan kediaman presiden, yang dilaporkan terbakar.
4. Presiden bubarkan kabinet
Presiden Kazakhstan, Kassym Jomart Tokayev, membubarkan kabinet pemerintahannya. Perintah terpisah yang dirilis situs kantor kepresidenan Kazakhstan pada Rabu (5/1) pagi waktu setempat menyebut bahwa Tokayev menerima pengunduran diri kabinet pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Askar Mamin.
Menurut perintah itu, Wakil PM Alikhan Smailov akan menjalani tugas PM untuk sementara waktu hingga kabinet baru terbentuk.
Beberapa jam sebelumnya, Tokayev menyerukan semua pihak tetap tenang dalam postingan video via Facebook. "Pemerintah tidak akan jatuh, tapi kita tidak membutuhkan konflik," ucap Tokayev dalam video tersebut.
5. Puluhan orang tewas
Pasukan keamanan menewaskan puluhan demonstran yang mencoba menyerbu gedung pemerintah. Demikian dilansir AFP berdasarkan peristiwa pada Rabu (5/1) malam waktu setempat.
"Tadi malam, pasukan ekstremis mencoba menyerang gedung-gedung pemerintah, departemen kepolisian kota Almaty, serta komisariat polisi setempat. Puluhan penyerang dibunuh," kata juru bicara polisi Saltanat Azirbek seperti dikutip oleh kantor berita Interfax-Kazakhstan, TASS dan Ria Novosti.
Video di media sosial pada hari Kamis ini menunjukkan toko-toko dijarah dan sejumlah bangunan terbakar di Almaty. Suara tembakan otomatis terdengar di jalan-jalan dan warga berteriak ketakutan.
Aparat keamanan juga ada yang tewas. Setidaknya delapan petugas penegak hukum tewas dan 317 terluka dalam kekerasan itu, menurut Kementerian Dalam Negeri yang dikutip oleh media lokal.
![]() |
6. Rusia kirim pasukan
Aliansi militer yang dipimpin Rusia mengirimkan pasukan ke Kazakhstan untuk membantu memadamkan kerusuhan di negeri itu. Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengimbau kepada Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama (CSTO) yang didominasi Rusia, yang mencakup lima negara bekas Uni Soviet lainnya, untuk memerangi apa yang disebutnya "kelompok teroris" yang telah "menerima pelatihan ekstensif di luar negeri".
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (6/1/2022), dalam beberapa jam kemudian, aliansi pimpinan Rusia itu mengatakan pasukan pertama telah dikirim, termasuk pasukan terjun payung Rusia dan unit militer dari anggota CSTO lainnya.
"Pasukan penjaga perdamaian ... dikirim ke Republik Kazakhstan untuk waktu yang terbatas guna menstabilkan dan menormalkan situasi," kata CSTO dalam sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan jumlah tentara yang dikirimkan.