Para demonstran anti-kudeta di Myanmar melakukan aksi "mogok senyap" pada hari Jumat, dengan menutup bisnis dan mengosongkan jalan-jalan di berbagai kota untuk memprotes kekuasaan junta militer.
Negara Asia Tenggara itu telah berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada Februari lalu. Menurut kelompok pemantau lokal, lebih dari 1.300 orang tewas oleh pasukan keamanan sejak kudeta tersebut.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (10/12/2021), jalan-jalan di pusat kota Yangon -- pusat komersial Myanmar -- sepi, tanpa pedagang kaki lima dan hanya sedikit lalu lintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pagoda Shwedagon yang terkenal, sebuah situs Buddha yang biasanya ramai dengan pengunjung dan peziarah, juga sepi.
"Restoran, toko, dan pasar utama semuanya tutup," kata seorang warga di kota Mandalay kepada AFP tanpa menyebut nama.
"Tidak ada pedagang kaki lima sejak pagi ini, tidak ada pejalan pagi," tuturnya.
Gambar-gambar di media lokal juga menunjukkan jalan-jalan kosong di kota Mawlamyine, Myanmar tenggara dan di kota-kota di wilayah Sagaing, Myanmar utara.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yangon mengimbau warganya untuk menjauh dari jalan-jalan pada hari Jumat, dengan alasan meningkatnya risiko kekerasan oleh pasukan keamanan terhadap pertemuan atau protes apa pun.
Demonstrasi massal yang mengguncang kota-kota besar dan kecil di Myanmar segera setelah kudeta disambut oleh tindakan keras militer yang brutal dan tidak pandang bulu.
Media lokal melaporkan, tentara Myanmar menabrakkan mobil ke para demonstran di Yangon beberapa hari lalu, menewaskan lima orang.
Namun, junta Myanmar mengatakan hanya tiga pengunjuk rasa yang terluka dalam insiden itu.