Sejumlah jenazah dalam kondisi hangus terbakar ditemukan di sebuah desa di Myanmar. Tentara Myanmar dituduh mendalangi pembunuhan mengerikan tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (8/12/2021), keterangan sejumlah penduduk setempat dan laporan media lokal menuduh tentara-tentara Myanmar mengumpulkan 11 warga desa Do Taw di wilayah Sagaing lalu menembaki mereka dan membakar jasad mereka.
Sagaing diketahui menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan keamanan Myanmar dengan milisi yang dibentuk kelompok rival dari junta militer Myanmar. Sejak melancarkan kudeta pada 1 Februari lalu, junta militer kini menguasai Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keterangan sejumlah penduduk desa setempat menyebut beberapa korban masih hidup saat dibakar.
Rekaman video yang menunjukkan sejumlah mayat hangus terbakar beredar di media sosial dan dipublikasi beberapa media setempat. Reuters tidak bisa memverifikasi secara independen keaslian rekaman video maupun klaim soal bagaimana 11 orang itu tewas.
Junta militer Myanmar belum memberikan tanggapannya.
Seorang relawan kemanusiaan di area tersebut, yang enggan disebut identitasnya, menuturkan via telepon bahwa tentara Myanmar memasuki desa Don Taw pada Selasa (7/12) pagi waktu setempat, dan para korban dibunuh sekitar pukul 11.00 waktu setempat pada hari itu.
"Tentara membunuh secara brutal siapa saja yang bisa mereka temukan," ucap relawan tersebut, sembari menyebut tidak jelas apakah korban merupakan anggota milisi atau warga sipil biasa.
Anggota PDF di area tersebut, Kyaw Wunna, menyatakan via telepon bahwa tentara Myanmar yang tiba melepas tembakan dan orang-orang yang ditahan dibawa ke sebuah lapangan di dekat desa setempat sebelum dibunuh.
Secara terpisah, juru bicara pemerintah sipil bayangan Myanmar, Dr Sasa, menyebut para korban 'diikat, dianiaya dan akhirnya dibakar hidup-hidup'. Tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Dr Sasa dari mana sumber informasinya.
Dalam postingan media sosial, dia mencantumkan apa yang disebutnya sebagai nama 11 korban tewas, yang semuanya berjenis kelamin laki-laki dan termasuk seorang remaja berusia 14 tahun.
"Serangan mengerikan ini menunjukkan bahwa militer tidak menghargai kesucian hidup manusia," sebutnya.
Keterangan seorang relawan kemanusiaan lainnya menyebut sekitar 3.000 orang melarikan diri dari lima desa di area yang sama dan bersembunyi karena khawatir ditangkap lalu dibunuh.