Iran mengecam Prancis dengan menuduh negara itu telah 'mendestabilisasi' kawasan Teluk. Kecaman dilontarkan setelah Prancis menandatangani kesepakatan penjualan senjata senilai 14 miliar Euro (Rp 227,6 triliun) dengan Uni Emirat Arab (UEA).
Seperti dilansir AFP, Selasa (7/12/2021), kesepakatan itu mencakup penjualan 80 jet tempur Rafale kepada UEA.
"Kita tidak seharusnya mengabaikan peran Prancis dalam mendestabilisasi kawasan," sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam konferensi pers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mengharapkan Prancis untuk lebih bertanggung jawab," imbuhnya.
"Militerisasi kawasan kita tidak bisa diterima dan persenjataan yang mereka jual di kawasan menjadi sumber kekacauan," cetus Khatibzadeh.
Prancis mendapatkan pesanan 80 jet tempur Rafale selama kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke UEA pada Jumat (3/12) pekan lalu.
Dalam kunjungan itu, UEA juga menandatangani kesepakatan pembelian 12 helikopter transpor militer Caracal, dengan nilai total mencapai lebih dari 17 miliar Euro.
Menurut laporan parlemen Prancis, UEA menjadi pelanggan terbesar kelima untuk industri pertahanan Prancis, dengan kesepakatan senilai 4,7 miliar Euro dari tahun 2011-2020.
Prancis menuai kritikan setelah sejumlah persenjataannya digunakan dalam konflik Yaman, di mana koalisi pimpinan Arab Saudi yang juga menyertakan UEA tengah bertempur melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Dalam pernyataannya, Khatibzadeh juga mengeluhkan bahwa 'persenjataan senilai miliaran dolar dijual ke negara-negara Arab' tanpa memicu kekhawatiran global, sementara program rudal Iran dikecam oleh negara-negara kekuatan dunia.