Otoritas Prancis melaporkan kasus pertama varian baru virus Corona (COVID-19), Omicron, di daratan utamanya. Satu kasus varian Omicron ini terdeteksi di wilayah Ile de France, yang terletak dekat ibu kota Paris, dari seseorang yang baru pulang dari Nigeria.
Seperti dilansir Reuters dan CNN, Kamis (2/12/2021), ini menjadi kasus varian Omicron pertama yang terdeteksi di daratan utama Prancis setelah bulan lalu, satu kasus varian Omicron terlebih dulu ditemukan di Pulau La Reunion, yang merupakan wilayah Prancis di Samudra Hindia.
Badan kesehatan wilayah Ile de France dalam pernyataannya mengumumkan bahwa satu kasus varian Omicron teridentifikasi pada seorang pria berusia antara 50-60 tahun, yang dinyatakan positif Corona pada 25 November sepulangnya dari kunjungan ke Nigeria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang belum divaksinasi ini dilaporkan tidak mengalami gejala apapun saat menjalani tes Corona dan ditempatkan dalam karantina bersama sekelompok orang yang bepergian bersamanya.
Istri pria tersebut, yang juga belum divaksinasi dan ikut pergi ke Nigeria bersamanya, juga dinyatakan positif Corona, namun proses pengurutan genom lebih lanjut untuk varian Omicron masih berlangsung.
Dalam pernyataan terpisah, penasihat sains pemerintah Prancis, Jean-Francois Delfraissy, menuturkan kepada televisi BFM bahwa varian Omicron bisa menjadi dominan di Prancis pada akhir Januari tahun depan.
Delfraissy menyatakan bahwa 'musuh sesungguhnya' untuk saat ini masih varian Delta yang memicu gelombang kelima Corona di Prancis.
"Kita akan melihat peningkatan progresif varian Omicron, yang akan mengambil alih dari Delta," sebutnya.
Dia menambahkan bahwa perayaan Natal yang baik mungkin terjadi jika langkah-langkah diambil untuk membatasi penyebaran varian Delta. "Natal tidak berisiko jika penduduk dan para pembuat keputusan semuanya sangat berhati-hati," cetusnya.
Disebutkan juga bahwa social distancing dan suntikan booster vaksin Corona menjadi senjata utama.
Kementerian Kesehatan Prancis melaporkan nyaris 50.000 kasus baru Corona dalam 24 jam terakhir di negara ini. Sejauh ini tercatat masih ada 1.886 pasien Corona yang menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Menurut Delfraissy, angka itu belum mencapai puncak, terutama jika dibandingkan dengan puncak gelombang kedua pada musim gugur lalu dengan 6.000 hingga 7.000 pasien Corona di perawatan intensif.