Banyak dari mereka yang menerima bantuan tersebut berasal dari keluarga yang satu-satunya pencari nafkah telah kehilangan pekerjaan sejak pengambilalihan Taliban.
Inflasi dan pengangguran telah melonjak di Afghanistan, dan bantuan internasional yang mencapai 75 persen dari anggaran pemerintah yang didukung Amerika Serikat sebelumnya telah benar-benar kering.
Mahasiswa dan guru bahasa Inggris, Saniulla Hamidi termasuk di antara mereka yang mengantre untuk meminta bantuan uang tunai dari WFP tersebut.
Hamidi mengatakan dia dan ayahnya, seorang pegawai pemerintah, telah kehilangan pekerjaan, yang berarti dia tidak dapat melanjutkan studinya.
"Saya hanya berharap saya bisa membayar (uang kuliah saya) dan kembali ke universitas saya," kata Hamidi.
Pemerintah Amerika Serikat dan Taliban akan mengadakan pembicaraan minggu ini di Qatar tentang bantuan kemanusiaan ke Afghanistan dan masalah-masalah lainnya.
(ita/ita)