Pemerintah Kanada menyerukan warganya untuk segera meninggalkan Ethiopia karena kekhawatiran tentang kondisi keamanan di negara yang dilanda perang itu.
"Kanada sangat prihatin dengan situasi keamanan yang memburuk dengan cepat di Ethiopia," kata Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly dalam sebuah pernyataan seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu (27/11/2021).
Sejak 18 November, dia mengingatkan, Ottawa telah meminta warga Kanada untuk menghindari semua perjalanan ke Ethiopia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sekarang meminta warga Kanada yang sudah ada di sana untuk segera pergi jika aman untuk melakukannya," katanya, menyebut kemungkinan gangguan penerbangan komersial "jika situasinya terus memburuk."
Para pejabat Kanada mengatakan, untuk saat ini, Kedutaan Kanada di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa tetap buka, tetapi layanan konsuler terbatas.
Pemberitahuan Ottawa kepada warga Kanada di Ethiopia ini disampaikan setelah Amerika Serikat dan negara-negara lain mengatakan kepada warganya untuk meninggalkan Ethiopia di tengah kekhawatiran bahwa pemberontak Tigray bisa tiba di ibu kota.
Perang meletus pada November 2020 ketika Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, mengirim pasukan ke wilayah Tigray untuk menggulingkan partai yang berkuasa, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Lihat juga Video: Hampir 300 Warga Terjebak di Antara Longsor di Kanada
Dia mengatakan langkah itu sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara federal dan menjanjikan kemenangan cepat. Namun, pada akhir Juni, pemberontak telah merebut kembali sebagian besar Tigray, termasuk ibu kotanya Mekele.
Sejak itu, TPLF telah bergerak ke wilayah tetangga Amhara dan Afar, dan minggu ini mengklaim telah merebut sebuah kota yang berjarak hanya 220 kilometer (135 mil) dari Addis Ababa.
Perang saudara tersebut telah menewaskan ribuan orang dan menelantarkan lebih dari dua juta orang.
Pada hari Jumat, Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan jumlah orang yang membutuhkan bantuan makanan di utara negara itu telah melonjak menjadi 9,4 juta. Sementara ratusan ribu berada di ambang kelaparan seiring para pekerja kemanusiaan berjuang untuk mengirimkan pasokan bantuan ke Tigray, Amhara dan Afar.